Amazon Ad Tag

06 Juli 2008

Cuap tentang Beijing 2006 - 2008

Curhat seorang perantau di cina :

Ouh! Bulu Ketiak di Subway Beijing

Cindy Kusuma - Beijing

Musim panas 2006, saya sampai ke kota Beijing . Saya merasa ibukota selalu begitu-gitu saja. Sesak dengan manusia dan asap kendaraan. Saat itu saya datang dengan harapan yang jauh lebih tinggi dari itu. Maklum, saya sering sekali dengar kalau China adalah negara yang kemajuannya sangat pesat. Tapi ketika saya betul-betul terjun ke masyarakat Beijing, masih banyak yang membuat saya terbelalak dan menganga kaget.

Orang merokok di hampir semua tempat. Makan siang minumnya bir. Laki-laki bertelanjang dada berkeliling-keliling di halaman kampus dengan perutnya yang buncit. Orang meludah sembarangan. Dan yang paling sering jadi bahan pembicaraan teman-teman saya, cewek-ceweknya tidak mencukur bulu ketiak alias ketek! WOW! Padahal tak sedikit dari mereka yang memakai tank top atau kemben yang paling fashionable, dengan potongan rambut yang terkeren dan asesoris paling menarik. Dan yang TER-parah adalah apabila mereka kebetulan berada di depanmu ketika di dalam bus atau subway dan dengan pedenya mengangkat tangan tinggi-tinggi untuk berpegangan. TIDAK! Rasanya kami malu dan canggung sekali, padahal mereka cuek-cuek saja.

Dua tahun sudah saya di sini, tahun 2008, yang juga merupakan tahun olimpiade, banyak sekali perubahan yang mencengangkan. Pemerintah China yang tegas melarang merokok di tempat-tempat umum, mengkampanyekan hidup yang lebih tertib, bersih, dan sehat. Masyarakat yang penuh kesadaran juga berubah ke arah yang lebih baik. Tidak meludah sembarangan, pelayan restoran lebih sopan dalam melayani pelanggan, memakai atasan kalo berjalan-jalan, dan sebagainya demi menyambut pesta olahraga akbar ini.

Tetapi yang masih belum berubah adalah soal bulu ketek. Saya dan teman-teman saya selalu merasa penasaran. Kalau ada yang memakai baju you can see atau lengan super pendek, kami selalu berusaha ‘mengintip’ ke bawah lengannya. Kalau bersih, kami mengelus dada dan tertawa-tawa, “ooo, bersih”. Tetapi kalau ada hutannya, kamipun langsung terpekik dan merasa canggung sendiri. Hahaha... Siapa suruh kamu mau tau aja urusan orang?

Konon menurut teman asli Tiongkok, gadis-gadis yang mencukur bulu ketiaknya dianggap sebagai gadis-gadis ‘nggak bener’. Sebuah alasan yang aneh bukan? Mungkin mulai banyak dari mereka yang merasa tidak setuju juga, oleh sebab itu mereka juga mulai mencukur hutan rimba itu.

Sayapun tertawa di dalam hati. Siapakah aku ini di antara 1,3 milyar penduduk China sampai aku mengharapkan mereka untuk mencukur bulu ketiak? Seharusnya saya juga sudah bersyukur mereka mau berhenti meludah dan bicara keras-keras di ponsel, terutama kebijakan pemerintah yang sungguh terasa padahal hanya dalam kurun waktu 2 tahun. Yang terpenting adalah belajar beradaptasi terhadap kebiasaan yang bagi kita aneh, tapi sangat normal bagi mereka. Toh, tidak mencukur bulu ketiak tidak merugikan siapa-siapa.

------------------------

Ya memang bagus usaha pemulihan image demi demi menjelang olimpiade, tinggal tunggu hasil setelah itu saja. apakah setelah olimpiade masih dipertahankan, atau kembali lagi. atau apakah perbaikan pola hidupnya hanya diberlakukan di kota besar demi olimpiade, atau memang sadar perlu merata. kalo soal ketek mah ngai cinchaylah. asal ga ada bulu yang melayang jatuh ke makanan ngai ajah.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Hehe ... iseng amat ngeliatin ketek orang. Kalau ceweknya emang gak berbulu ketek kasihan dong, apa pake 'wig ketek' yak, biar gak dibilang cewek nakal?