Amazon Ad Tag

21 Desember 2009

Cuap tentang Tang Che

Buat para penghuni pecinan daerah glodok sejak jaman baheula dulu, tampaknya tahu tradisi ini. Tiap tanggal 22 Desember yang notabene juga merupakan hari Ibu, turunan cina juga merayakan yang disebut dengan Tang Che, atau hari makan onde.

Onde yang dimakan sebaiknya buat sendiri, dan penampilannya seperti yang biasa dibeli, yaitu berwarna putih, hijau, atau merah. Malam sebelumnya, tanggal 21 malam, anggota keluarga berkumpul berceloteh sambil menggulung bahan onde yang lengket itu menjadi batangan panjang yang kemudian dipotong-potong (biasanya dengan gunting) menjadi butiran pendek untuk berikutnya dipilin oleh tangan menjadi bola-bola kecil sebesar kelereng.
Ada aturan khusus dalam membuat onde ini, memilin butiran kelereng hanya boleh dilakukan oleh tangan kanan. Alasannya, karena tangan kiri buat cebok. Tampaknya alasan yang dibuat-buat ini merupakan warisan penjajahan belanda kala itu yang sangat dexteraphilia (pencinta tangan kanan). Setelah seluruh ondenya selesai dibuat, butiran-butiran tersebut ditebar merata di sebuah penampung luas dengan sedikit taburan tepung untuk mencegah lengket, dan didiamkan semalaman.

Besoknya, semua butiran itu akan dimasak untuk dinikmati seluruh keluarga, dan dibagikan kepada keluarga yang sedang berkabung (kalau berkabung tidak boleh buat bacang dan onde sendiri). Cara makannya pun ada aturannya, sejak dulu dibiasakan untuk membatasi jumlah onde yang disantap maksimal sesuai dengan umurnya. Jadi buat yang masih kecil, pasti rasanya tidak adil dan iri dengan saudara-saudarinya yang lebih tua umurnya. Namun di lain pihak, untuk yang sudah manula malah menjadi beban karena jatahnya banyak sekali.

Jadi, selamat menikmati onde-ondenya besok wahai penghuni pecinan :D
Selamat hari Ibu dan Happy Tang che :D

15 Desember 2009

Cuap tentang Korban Tambang

Standar keamanan memang sering menjadi isu pelik dalam industri bisnis yang mampu membahayakan nyawa pekerjanya, khususnya bagi buruh seperti operator mesin berat (pemrosesan bahan, alat potong, transportasi), konstruksi, dan pertambangan. Seiring dengan prinsip ekonomi yang menekan biaya seminimal mungkin dengan hasil yang sebanyak-banyaknya, seringkali prosedur keamanan tak dihiraukan karena membuang waktu dan mahal untuk dijalani dengan konsisten.

Maka tak heran bila di saat penambang batu bara seperti pekerja di Hegang, Heilongjiang ini hanya diberikan akses masuk ke dalam tambang yang sempit, mungkin disesaki dengan arus keluar masuk pekerja dan kereta pembawa hasil tambang. Belum lagi yang namanya tambang itu kan masuk ke dalam tanah (ke bawah tanah, atau ke dalam gunung) jadi tidak ada tuh yang disebut jendela untuk akses udara segar di dalam. Maka dari itu kalau mengikuti standar mungkin diperlukan pemompa udara agar penambang tidak cepat lemas kekurangan oksigen.

Setelah itupun, untuk menjaga runtuhnya tanah dan bebatuan pada lorong tambang, diperlukan konstruksi pondasi penahan yang kokoh, dan akses alternatif yang memungkinkan penambang untuk keluar bila akses yang satu tertutup oleh longsor misalnya. Masih banyak lagi hal lain, yang salah satunya adalah persiapan menghadapi force major, dimana terjadi bencana yang tidak dapat diperkirakan seperti gempa bumi yang mampu menggoyahkan pondasi tambang dan meruntuhkan bebatuan dan tanah sehingga menutup akses keluar masuk, atau bocornya gas bumi yang dapat meledak bila terpicu oleh api rokok penambang, ataupun percikan api yang bisa muncul dari gesekan batu dengan alat tambang seperti sekop.

Bila sudah terjadi, dan bukan hanya sekali, sangat diperlukan perhatian pemilik bisnis untuk peduli akan keselamatan pekerjanya, dan ketetapan pemerintah juga pengawasan bagi keamanan industri tersebut. Untuk kasus di Hegang ini saja, diberitakan sebagai kasus kecelakaan terburuk dalam 2 tahun terakhir dan walaupun jumlah kecelakaan yang terjadi menurun dibandingkan tahun lalu, masih memakan korban sampai lebih dari 1000 nyawa manusia. Kasihan keluarga mereka yang sudah sulit hidupnya malah ditinggal kepala keluarga yang menafkahi mereka.

------------------------

Hingga 100 Lebih, Korban Tewas di Lokasi Tambang China
Rabu, 25 November 2009 | 11:11 WIB

BEIJING, KOMPAS.com — Jumlah korban meninggal dunia akibat ledakan di tambang batu bara China meningkat menjadi 106 jiwa, Rabu (25/11), setelah dua jenazah berhasil ditarik dari lokasi tambang di kota Hegang , Provinsi Heilongjiang . Xinhua melaporkan, dua jenazah pekerja telah berhasil ditarik dari tambang di bawah tanah itu.

Upaya pencarian korban terus dilakukan dalam kecelakaan tambang terburuk dalam dua tahun itu untuk mencari dua korban lain yang belum diketahui nasibnya. Badan Keselamatan Pertambangan China menyebutkan, kondisi sesaknya lokasi tambang yang diperparah dengan minimnya ventilasi sebagai penyebab dari tingginya korban tewas dalam kecelakaan tambang yang diakibatkan oleh ledakan gas pada Sabtu pekan lalu saat 528 penambang berada di dalamnya.

Ledakan ini merupakan pukulan bagi upaya Pemerintah China belakangan untuk meningkatkan standar keamanan di industri pertambangan. Peningkatan standar keamanan telah menekan jumlah korban meninggal dunia di lokasi pertambangan menurun 18,4 persen dalam kurun enam bulan pertama tahun ini apabila dibandingkan tahun lalu. Namun, jumlah korban meninggal dunia di lokasi pertambangan China masih mencapai 1.175 jiwa.