Alkisah di jaman 3 kerajaan yang sangat terkenal, dimana awalnya dimulai dari pengkhianatan jendral Dong Zhuo terhadap kaisar Xian yang baru naik tahta di umurnya yang masih sangat belia. Karena ditinggal mati ayahnya sang kaisar sebelumnya tanpa persiapan yang memadai untuk memimpin sebuah kerajaan dan memang umurnya masih terlalu muda untuk mengerti politik, seorang jendral yang sangat ambisius dan memiliki anak angkat bernama Lu Bu yang sangat terkenal akan kemampuan perangnya yang diakui sebagai nomor satu di jaman itu, melakukan coup d'etat dengan membawa pasukannya mendatangi ibukota Luo Yang dan mengangkat diri menjadi perdana menteri dan mengambil alih pemerintahan dengan alih-alih kaisar masih terlalu muda dan akan memerintah bila saatnya tiba nanti. Mendengar kabar ini seluruh gubernur yang memerintah di daratan cina menolak dan membuat dinastinya sendiri dengan menyatakan bahwa Dong Zhuo adalah seorang pemberontak yang perlu ditumpas.
Merekapun membentuk aliansi kerajaan-kerajaan kecil yang dipimpin oleh Yuan Shao, seorang jendral dengan garis keturunan yang diakui berkuasa dan memiliki potensi sebagai pemimpin besar. Sementara itu ada 3 pihak yang kemudian akan menjadi tokoh utama cerita ini bergerak melalui jalur takdirnya sendiri. Liu Bei yang hanya orang kecil namun memiliki darah keturunan raja, dengan karisma dan kebijakannya, juga disertai keberuntungan dengan takdir yang mempertemukan dirinya dengan Zhang Fei (Petarung handal berwajah kehitaman) dan Guan Yu (Petarung handal dan ahli politik berwajah kemerahan. Sekarang dikenal dengan julukan Kuan Kong dan diakui sebagai dewa perang yang melindungi, disembah oleh banyak orang cina dan patungnya dipuja di banyak vihara terutama Buddha aliran Maitreya, bersama dengan patung dewi/dewa Kwan Im yang kurang jelas jenis kelaminnya, dan patung pria botak gendut tertawa yang diakui sebagai Buddha berikutnya yang bernama Maitreya). Mereka bertigapun mengucap janji di bawah pohon persik dan mengangkat satu sama lainnya sebagai saudara, Liu Bei yang dipandang paling bijak menjadi yang tertua dan Zhang Fei yang termuda.
Di pihak lain, Cao Cao, seorang oportunis yang memiliki banyak kemampuan dan lihai dalam memandang situasi, merasa terpanggil untuk memimpin dan ikut ke dalam aliansi. Kemampuannya menganalisa dan berpolitik juga diikuti oleh ketegasannya dalam memimpin dan keahliannya dalam berperang, pada akhirnya menempatkan dirinya pada posisi persaingan ketat dengan Yuan Shao, ujung tombak aliansi yang mengarahkan pasukannya ke Cao Cao. Takdir berpihak pada Cao Cao, satu kekalahan besar telah membuat Yuan Shao terpukul, dan belakangan jatuh sakit, dan mati. Cao Cao pun menjadi penerus pemimpin aliansi yang pada akhirnya mampu menghancurkan Dong Zhuo beserta kroni dan mengambil alih tampuk kepemimpinan sebagai perdana menteri.
Pihak terakhir yang belum diceritakan adalah keluarga Sun yang memiliki garis keturunan berbakat. Sun Jian, seorang pemimpin besar yang memiliki anak bernama Sun Ce dan Sun Quan, bergabung dengan aliansi. Saat Sun Jian meninggal, Sun Ce yang saat itu masih berumur 16 tahun memisahkan diri dari Yuan Shao karena terus dikecewakan dan membentuk kerajaannya sendiri di wilayahnya yang terletak di bagian tenggara yang hangat dan makmur. Mungkin inilah yang menjadi penentu kekalahan Yuan Shao dari Cao Cao, dan sebelum sempat mengalahkan Cao Cao, Sun Ce terbunuh, dan digantikan oleh Sun Quan yang menjadi pemimpin ketiga pada masa 3 kerajaan.
Segitu banyaknya kalimat pembuka di atas, untuk menunjukkan kepiawaian para tokoh yang terkenal dari masa itu sampai sekarang, bukan hanya untuk membuat kita terpukau. Tapi juga untuk menunjukkan fakta bahwa banyak manusia mendambakan kekuasaan, bisa disebut juga gila kekuasaan. Lihatlah Dong Zhuo, Yuan Shao, dan Cao Cao, misalnya. Ketiganya menggunakan dalih yang sama, yaitu untuk melindungi kaisar Xian dan mengurusi kepemimpinan sampai saatnya tiba untuk menyerahkannya kepada Xian kembali. Namun apa yang terjadi? Dong Zhuo jelas terlihat ingin berkuasa sebagai kaisar, sementara Yuan Shao walaupun bermulut manis membangun aliansi untuk menjatuhkan Dong Zhuo, ujung-ujungnya tetap sama. Ia ingin menguasai daratan cina dan merasa resah saat ada orang berpotensi lainnya seperti Sun Jian, Sun Ce, dan Cao Cao menjadi semakin terkenal akan kemampuannya, sehingga berbalik berperang melawan Cao Cao.
Kira-kira kalau dihubungkan dengan kondisi politik cina modern bagaimana ya? Coba lihat kisah 2 kerajaan, rrc dan taiwan. Drama masih berlangsung dan ada di kancah dunia, rrc terus mengakui taiwan (dan tibet) sebagai wilayahnya sejak awal (awal kapan?) dan taiwan terus menyatakan bahwa mereka telah merdeka dan memisahkan diri dari rrc. Bisa jadi ini cuma drama yang sengaja diperlihatkan, padahal mereka teman akrab sesama keturunan dinasti. Karena perdagangan antar dan sesama negara berjalan terus, walaupun ini bisa jadi juga karena dilakukan oleh rakyat yang lebih peduli emas dan uang daripada pemerintahan.
Hau du iu ting?
-------------------------------------
Presiden Taiwan Tak Akan Mengkhianati Rakyat
Senin, 27 Oktober 2008 | 08:38 WIB
TAIPEI, SABTU - Hubungan China dan Taiwan yang membaik menghadapi ujian berat. Puluhan ribu warga Taiwan memadati pusat kota Taipei, Sabtu (25/10), memprotes sikap pemerintahan Presiden Ma Ying-jeou yang bersahabat terhadap China. Demonstran menilai Ma tidak sensitif dan mendesaknya segera mundur.
Demonstran besar-besaran kelompok anti-China—tergabung dalam Partai Demokrat Progresif (DPP)—itu menuding hubungan yang baik antara Taiwan dan China justru mengancam kedaulatan wilayah Taiwan. Demonstran pun mengecam berbagai skandal ekspor China, termasuk produk susu yang tercemar melamin.
Presiden Ma diprotes karena ia tidak mau melawan China terkait skandal susu itu. Padahal, produk susu itu menewaskan empat bayi di China. Selain itu, tiga anak serta satu perempuan sakit di Taiwan akibat produk susu tercemar itu.
”Kami protes hari ini untuk memperingatkan pemerintah. Kami ingin agar pemerintah mempertahankan kedaulatan dan mendorong perekonomian,” kata Ketua DPP Tsai Ing-wen.
Aksi protes itu juga dilakukan menjelang kunjungan resmi pertama juru runding utama China, Chen Yunlin, ke Taiwan pada 3 November.
Mantan Presiden Taiwan Chen Shui-bian yang mundur dari DPP akibat kasus pencucian uang, awal tahun ini, bergabung dalam aksi protes itu. DPP yang prokemerdekaan Taiwan menilai sikap pro-China justru membahayakan keamanan Taiwan.
Apalagi, sebelumnya China sering ”mengancam” akan menyerang Taiwan jika berani macam- macam. China telah mengklaim Taiwan sebagai salah satu bagian dari wilayahnya sejak tahun 1949, saat Pemimpin Komunis Mao Zedong memenangi perang saudara di China dan Pemimpin Kuomintang (KMT) Chiang Kai-shek melarikan diri sementara ke Taiwan.
Sejak Ma berkuasa, China dan Taiwan sepakat memperbaiki hubungan dan meningkatkan kerja sama perdagangan. Sikap itu yang diprotes kelompok anti-China dan prokemerdekaan Taiwan.
”Apabila pemerintah masih saja bersikap seperti itu, kami yakin tidak ada lagi masa depan Taiwan,” kata Tsai Ing-wen.
Tak akan berkhianat
Menanggapi protes itu, Ma menegaskan, pemerintahannya tidak akan ”menjual” Taiwan saat bernegosiasi dengan China. Ma, yang lahir di Hongkong dan diketahui memiliki hubungan dekat dengan China, menegaskan hal itu saat berkunjung ke Keelung, Minggu.
”Meski tidak lahir di sini (Taiwan), selama ini saya makan dan minum air Taiwan. Saya tak akan mengkhianati Taiwan. Saya dipilih rakyat dan amanat itu agenda utama pemerintah,” lanjutnya.
Juru Bicara Kepresidenan Tony Wang menegaskan, Ma akan tetap mempertahankan kebijakan Taiwan saat ini atas China. ”Kami sudah banyak berbuat untuk melindungi kesehatan rakyat dan Ma telah menegaskan Republik China adalah negara yang mandiri dan merdeka,” ujarnya.(REUTERS/AFP/AP/LUK)
Merekapun membentuk aliansi kerajaan-kerajaan kecil yang dipimpin oleh Yuan Shao, seorang jendral dengan garis keturunan yang diakui berkuasa dan memiliki potensi sebagai pemimpin besar. Sementara itu ada 3 pihak yang kemudian akan menjadi tokoh utama cerita ini bergerak melalui jalur takdirnya sendiri. Liu Bei yang hanya orang kecil namun memiliki darah keturunan raja, dengan karisma dan kebijakannya, juga disertai keberuntungan dengan takdir yang mempertemukan dirinya dengan Zhang Fei (Petarung handal berwajah kehitaman) dan Guan Yu (Petarung handal dan ahli politik berwajah kemerahan. Sekarang dikenal dengan julukan Kuan Kong dan diakui sebagai dewa perang yang melindungi, disembah oleh banyak orang cina dan patungnya dipuja di banyak vihara terutama Buddha aliran Maitreya, bersama dengan patung dewi/dewa Kwan Im yang kurang jelas jenis kelaminnya, dan patung pria botak gendut tertawa yang diakui sebagai Buddha berikutnya yang bernama Maitreya). Mereka bertigapun mengucap janji di bawah pohon persik dan mengangkat satu sama lainnya sebagai saudara, Liu Bei yang dipandang paling bijak menjadi yang tertua dan Zhang Fei yang termuda.
Di pihak lain, Cao Cao, seorang oportunis yang memiliki banyak kemampuan dan lihai dalam memandang situasi, merasa terpanggil untuk memimpin dan ikut ke dalam aliansi. Kemampuannya menganalisa dan berpolitik juga diikuti oleh ketegasannya dalam memimpin dan keahliannya dalam berperang, pada akhirnya menempatkan dirinya pada posisi persaingan ketat dengan Yuan Shao, ujung tombak aliansi yang mengarahkan pasukannya ke Cao Cao. Takdir berpihak pada Cao Cao, satu kekalahan besar telah membuat Yuan Shao terpukul, dan belakangan jatuh sakit, dan mati. Cao Cao pun menjadi penerus pemimpin aliansi yang pada akhirnya mampu menghancurkan Dong Zhuo beserta kroni dan mengambil alih tampuk kepemimpinan sebagai perdana menteri.
Pihak terakhir yang belum diceritakan adalah keluarga Sun yang memiliki garis keturunan berbakat. Sun Jian, seorang pemimpin besar yang memiliki anak bernama Sun Ce dan Sun Quan, bergabung dengan aliansi. Saat Sun Jian meninggal, Sun Ce yang saat itu masih berumur 16 tahun memisahkan diri dari Yuan Shao karena terus dikecewakan dan membentuk kerajaannya sendiri di wilayahnya yang terletak di bagian tenggara yang hangat dan makmur. Mungkin inilah yang menjadi penentu kekalahan Yuan Shao dari Cao Cao, dan sebelum sempat mengalahkan Cao Cao, Sun Ce terbunuh, dan digantikan oleh Sun Quan yang menjadi pemimpin ketiga pada masa 3 kerajaan.
Segitu banyaknya kalimat pembuka di atas, untuk menunjukkan kepiawaian para tokoh yang terkenal dari masa itu sampai sekarang, bukan hanya untuk membuat kita terpukau. Tapi juga untuk menunjukkan fakta bahwa banyak manusia mendambakan kekuasaan, bisa disebut juga gila kekuasaan. Lihatlah Dong Zhuo, Yuan Shao, dan Cao Cao, misalnya. Ketiganya menggunakan dalih yang sama, yaitu untuk melindungi kaisar Xian dan mengurusi kepemimpinan sampai saatnya tiba untuk menyerahkannya kepada Xian kembali. Namun apa yang terjadi? Dong Zhuo jelas terlihat ingin berkuasa sebagai kaisar, sementara Yuan Shao walaupun bermulut manis membangun aliansi untuk menjatuhkan Dong Zhuo, ujung-ujungnya tetap sama. Ia ingin menguasai daratan cina dan merasa resah saat ada orang berpotensi lainnya seperti Sun Jian, Sun Ce, dan Cao Cao menjadi semakin terkenal akan kemampuannya, sehingga berbalik berperang melawan Cao Cao.
Kira-kira kalau dihubungkan dengan kondisi politik cina modern bagaimana ya? Coba lihat kisah 2 kerajaan, rrc dan taiwan. Drama masih berlangsung dan ada di kancah dunia, rrc terus mengakui taiwan (dan tibet) sebagai wilayahnya sejak awal (awal kapan?) dan taiwan terus menyatakan bahwa mereka telah merdeka dan memisahkan diri dari rrc. Bisa jadi ini cuma drama yang sengaja diperlihatkan, padahal mereka teman akrab sesama keturunan dinasti. Karena perdagangan antar dan sesama negara berjalan terus, walaupun ini bisa jadi juga karena dilakukan oleh rakyat yang lebih peduli emas dan uang daripada pemerintahan.
Hau du iu ting?
-------------------------------------
Presiden Taiwan Tak Akan Mengkhianati Rakyat
Senin, 27 Oktober 2008 | 08:38 WIB
TAIPEI, SABTU - Hubungan China dan Taiwan yang membaik menghadapi ujian berat. Puluhan ribu warga Taiwan memadati pusat kota Taipei, Sabtu (25/10), memprotes sikap pemerintahan Presiden Ma Ying-jeou yang bersahabat terhadap China. Demonstran menilai Ma tidak sensitif dan mendesaknya segera mundur.
Demonstran besar-besaran kelompok anti-China—tergabung dalam Partai Demokrat Progresif (DPP)—itu menuding hubungan yang baik antara Taiwan dan China justru mengancam kedaulatan wilayah Taiwan. Demonstran pun mengecam berbagai skandal ekspor China, termasuk produk susu yang tercemar melamin.
Presiden Ma diprotes karena ia tidak mau melawan China terkait skandal susu itu. Padahal, produk susu itu menewaskan empat bayi di China. Selain itu, tiga anak serta satu perempuan sakit di Taiwan akibat produk susu tercemar itu.
”Kami protes hari ini untuk memperingatkan pemerintah. Kami ingin agar pemerintah mempertahankan kedaulatan dan mendorong perekonomian,” kata Ketua DPP Tsai Ing-wen.
Aksi protes itu juga dilakukan menjelang kunjungan resmi pertama juru runding utama China, Chen Yunlin, ke Taiwan pada 3 November.
Mantan Presiden Taiwan Chen Shui-bian yang mundur dari DPP akibat kasus pencucian uang, awal tahun ini, bergabung dalam aksi protes itu. DPP yang prokemerdekaan Taiwan menilai sikap pro-China justru membahayakan keamanan Taiwan.
Apalagi, sebelumnya China sering ”mengancam” akan menyerang Taiwan jika berani macam- macam. China telah mengklaim Taiwan sebagai salah satu bagian dari wilayahnya sejak tahun 1949, saat Pemimpin Komunis Mao Zedong memenangi perang saudara di China dan Pemimpin Kuomintang (KMT) Chiang Kai-shek melarikan diri sementara ke Taiwan.
Sejak Ma berkuasa, China dan Taiwan sepakat memperbaiki hubungan dan meningkatkan kerja sama perdagangan. Sikap itu yang diprotes kelompok anti-China dan prokemerdekaan Taiwan.
”Apabila pemerintah masih saja bersikap seperti itu, kami yakin tidak ada lagi masa depan Taiwan,” kata Tsai Ing-wen.
Tak akan berkhianat
Menanggapi protes itu, Ma menegaskan, pemerintahannya tidak akan ”menjual” Taiwan saat bernegosiasi dengan China. Ma, yang lahir di Hongkong dan diketahui memiliki hubungan dekat dengan China, menegaskan hal itu saat berkunjung ke Keelung, Minggu.
”Meski tidak lahir di sini (Taiwan), selama ini saya makan dan minum air Taiwan. Saya tak akan mengkhianati Taiwan. Saya dipilih rakyat dan amanat itu agenda utama pemerintah,” lanjutnya.
Juru Bicara Kepresidenan Tony Wang menegaskan, Ma akan tetap mempertahankan kebijakan Taiwan saat ini atas China. ”Kami sudah banyak berbuat untuk melindungi kesehatan rakyat dan Ma telah menegaskan Republik China adalah negara yang mandiri dan merdeka,” ujarnya.(REUTERS/AFP/AP/LUK)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar