Yang namanya orangtua dimana-mana mestinya sayang anak, mangkanya ada istilah jualan dari jaman dulu "sayang anak, sayang anak" yang biasa dicelotehin para abang-abang sambil nawarin dagangannya yang bisa jadi sebuah maenan atau apapun yang menarik perhatian anak. Emangnya kalo ga beli artinya ga sayang anak ya bang? Seenaknya, tak tampol modar kau.
Udah gitu ngetop pula yang namanya macan makan anak. Katanya macan bisa dengan tega makan anak sendiri, atau bunuh anaknya sendiri dijatuhin ke jurang. Bener ga sih tuh? Setelah menilik beberapa sumber, ekhe nemuin kebanyakan alasannya cuma pake logika dangkal. Buat jenis macan besar seperti singa yang hidupnya berkelompok, memang kerap ada kejadian singa jantan yang bunuh anak singa. Tapi bukannya karena mau makan, atau anaknya sendiri. Ini kejadiannya karena itu bukan anaknya, dan dia perlu memastikan bahwa keturunannya yang akan jadi penerus singa dominan di kelompoknya itu. Kalo dikipir-kipir, masuk akal juga sih. Manusia nyang ngakunya makhluk paling mulia aja saling bunuh buat warisan kok :D padahal sesama sodara lho. Nah sedangkan macan yang suka njatuhin anaknya itu ternyata adalah pelatihan agar anaknya belajar memanjat, keras memang, dan ini yang dianggap lempar anak ke jurang itu biar anaknya mati oleh orang-orang. Jadi inget sebuah game tawur yang ngetop, ada kisah bapak anak saling buang di jurang. Kalo itu sebenarnya buat apa ya? Eh udah off topic :))
Lalu inget ga kalo taon 1979 cina nerapin sistem satu-keluarga-satu-anak buat kontrol populasinya? Hal ini dipicu karena banyak orang cina yang uda kepantek pikirannya dengan pepatah lama "banyak anak banyak rejeki", kalo jaman sekarang mah uda terbukti banget kalo idup di ibukota yang kejam masih berani bikin anak banyak malah bikin susyah! Apalagi kalo ga kaya, cari masalah aja tuh. Nah sejak aturannya dikeluarin, banyak kejadian miris. Petani yang ga kenal kontrol kelahiran kebablasan bikin anak, jadinya antara aborsi atau ditindas sama sanksinya. Dan bukan rahasia bahwa aturan ini RELATIF mengikat pejabat, artinya relatif ga terlalu ketat. Karena kalo dilanggar, pejabat punya cukup materi untuk "bayar denda" buat tiap anak berikut.
Nah yang lebih parah lagi itu konsep per-tidak-samaan derajat antar gender, dimana kalo anak cewe itu lebih dimanja, sementara anak cowo itu lebih diutamakan prioritasnya. Jadi kalo disuruh milih mau punya anak cewe atau cowo, so pasti pada milihnya anak cowo. Anak cowo kan nanti pas gede bisa bantu cari duit, bisa jaga toko, kembangin bisnis keluarga, bisa rantau cari uang, de el el. Karena inilah banyak pembunuhan terhadap anak cewe yang baru lahir, bisa ditebak orangtuanya kecewa karena yang lahir itu anak cewe. Hal ini uda bukan rahasia lagi, sampai dalam salah satu episodenya serial tv House M.D, diceritakan sebuah kasus dimana seorang anak yang dibuang bapaknya karena gagal dibunuh tumbuh besar diasuh oleh keluarga angkatnya, saat mencari keberadaan orangtuanya mereka menolak untuk mengakui dan bahkan takut dengan dia.
Coba you pikirin, ekhe ga bahas gender you dulu yah, cukup pikir aja. Kalo waktu dulu orangtua you kecewa dengan you yang lahir ga diharapin terus sampe mau bunuh you, kira-kira pas you tau gimana rasanya? "kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan" masih berlaku ga ya? Sori, biasanya yang buat keputusan atau jaga gengsi itu kan cowo yah. Jadi kasusnya itu biasanya sang ibu ga tegalah bunuh buah hatinya sendiri, tapi terpaksa nurut sama suami. Nah kalo sang ibu yang mau gimana tuh? Contoh kasusnya di bawah, tapi beda kondisi. Anaknya udah gede, dan cacat pula. Suatu kali, dengan tekanan psikologis segitu beratnya, otaknya snap dan mutusin buat bunuh anaknya.
Apapun alasannya, dia ngilangin nyawa buah hatinya sendiri. Hal ini juga sama seperti kasus euthanasia, dimana keluarga minta agar pasien yang uda vegetative state agar dilepas sistem penunjang kehidupannya. Memang berat kasusnya kalo kondisi ekonomi yang sudah miskin masih terbebani pula oleh "benalu" seperti anak cacat atau koma berkepanjangan. Alasan pemerintah cukup masuk akal untuk memaklumi tekanan mental sang ibu, tapi untuk pembunuhan sepertinya ga ada alasan. Coba kalo anak yang dibunuh cowo, bakal beda ga ya? *mencium potensi diskriminasi gender* Kalo you, bakal milih ngapain?
----------------------
Jumat, 31/10/2008 14:45 WIB
Ibu Bunuh Putrinya yang Cacat karena Tak Sanggup Lagi Merawat
Rita Uli Hutapea - detikNews
Beijing - Seorang ibu tega membunuh putrinya yang cacat. Namun wanita itu lolos dari hukuman penjara. Hah?! Kejadian ini terjadi di Beijing, China seperti dilansir kantor berita Reuters, Jumat (31/10/2008). Kepada pengadilan Beijing, Li Daohong mengungkapkan beban yang ditanggungnya selama mengurus anak perempuannya yang telah berusia 20 tahun.
Dikatakan wanita berusia 47 tahun itu, dirinya telah menghabiskan semua uang selama 20 tahun untuk mengurus putrinya, Xiao Fei. Menurut Li, dia telah pergi ke berbagai penjuru China untuk mencoba mengobati putrinya yang menderita kelumpuhan otak. Akibat penyakitnya itu, Xiao bahkan tak mampu pergi ke kamar mandi seorang diri.
Dalam keputusasaan, Li membawa putrinya ke sebuah hotel di Beijing. Di sana, Li memberikan 200 lebih pil tidur pada anak gadisnya yang malang. Li kemudian membekap putrinya dengan handuk dan selimut setelah dia tertidur.
Di pengadilan, Li mengakui semua perbuatannya. Pengadilan pun menerima alasan perbuatannya. Pengadilan Beijing menyatakan, Li "telah menghabiskan banyak energi dan uang untuk korban dan beban psikologis yang memuncak tak bisa lagi ditanggungnya."
Karena itu pengadilan hanya menjatuhkan penangguhan hukuman penjara 3 tahun. Itu artinya Li tidak harus mendekam di balik jeruji sel.
(ita/iy)
Udah gitu ngetop pula yang namanya macan makan anak. Katanya macan bisa dengan tega makan anak sendiri, atau bunuh anaknya sendiri dijatuhin ke jurang. Bener ga sih tuh? Setelah menilik beberapa sumber, ekhe nemuin kebanyakan alasannya cuma pake logika dangkal. Buat jenis macan besar seperti singa yang hidupnya berkelompok, memang kerap ada kejadian singa jantan yang bunuh anak singa. Tapi bukannya karena mau makan, atau anaknya sendiri. Ini kejadiannya karena itu bukan anaknya, dan dia perlu memastikan bahwa keturunannya yang akan jadi penerus singa dominan di kelompoknya itu. Kalo dikipir-kipir, masuk akal juga sih. Manusia nyang ngakunya makhluk paling mulia aja saling bunuh buat warisan kok :D padahal sesama sodara lho. Nah sedangkan macan yang suka njatuhin anaknya itu ternyata adalah pelatihan agar anaknya belajar memanjat, keras memang, dan ini yang dianggap lempar anak ke jurang itu biar anaknya mati oleh orang-orang. Jadi inget sebuah game tawur yang ngetop, ada kisah bapak anak saling buang di jurang. Kalo itu sebenarnya buat apa ya? Eh udah off topic :))
Lalu inget ga kalo taon 1979 cina nerapin sistem satu-keluarga-satu-anak buat kontrol populasinya? Hal ini dipicu karena banyak orang cina yang uda kepantek pikirannya dengan pepatah lama "banyak anak banyak rejeki", kalo jaman sekarang mah uda terbukti banget kalo idup di ibukota yang kejam masih berani bikin anak banyak malah bikin susyah! Apalagi kalo ga kaya, cari masalah aja tuh. Nah sejak aturannya dikeluarin, banyak kejadian miris. Petani yang ga kenal kontrol kelahiran kebablasan bikin anak, jadinya antara aborsi atau ditindas sama sanksinya. Dan bukan rahasia bahwa aturan ini RELATIF mengikat pejabat, artinya relatif ga terlalu ketat. Karena kalo dilanggar, pejabat punya cukup materi untuk "bayar denda" buat tiap anak berikut.
Nah yang lebih parah lagi itu konsep per-tidak-samaan derajat antar gender, dimana kalo anak cewe itu lebih dimanja, sementara anak cowo itu lebih diutamakan prioritasnya. Jadi kalo disuruh milih mau punya anak cewe atau cowo, so pasti pada milihnya anak cowo. Anak cowo kan nanti pas gede bisa bantu cari duit, bisa jaga toko, kembangin bisnis keluarga, bisa rantau cari uang, de el el. Karena inilah banyak pembunuhan terhadap anak cewe yang baru lahir, bisa ditebak orangtuanya kecewa karena yang lahir itu anak cewe. Hal ini uda bukan rahasia lagi, sampai dalam salah satu episodenya serial tv House M.D, diceritakan sebuah kasus dimana seorang anak yang dibuang bapaknya karena gagal dibunuh tumbuh besar diasuh oleh keluarga angkatnya, saat mencari keberadaan orangtuanya mereka menolak untuk mengakui dan bahkan takut dengan dia.
Coba you pikirin, ekhe ga bahas gender you dulu yah, cukup pikir aja. Kalo waktu dulu orangtua you kecewa dengan you yang lahir ga diharapin terus sampe mau bunuh you, kira-kira pas you tau gimana rasanya? "kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan" masih berlaku ga ya? Sori, biasanya yang buat keputusan atau jaga gengsi itu kan cowo yah. Jadi kasusnya itu biasanya sang ibu ga tegalah bunuh buah hatinya sendiri, tapi terpaksa nurut sama suami. Nah kalo sang ibu yang mau gimana tuh? Contoh kasusnya di bawah, tapi beda kondisi. Anaknya udah gede, dan cacat pula. Suatu kali, dengan tekanan psikologis segitu beratnya, otaknya snap dan mutusin buat bunuh anaknya.
Apapun alasannya, dia ngilangin nyawa buah hatinya sendiri. Hal ini juga sama seperti kasus euthanasia, dimana keluarga minta agar pasien yang uda vegetative state agar dilepas sistem penunjang kehidupannya. Memang berat kasusnya kalo kondisi ekonomi yang sudah miskin masih terbebani pula oleh "benalu" seperti anak cacat atau koma berkepanjangan. Alasan pemerintah cukup masuk akal untuk memaklumi tekanan mental sang ibu, tapi untuk pembunuhan sepertinya ga ada alasan. Coba kalo anak yang dibunuh cowo, bakal beda ga ya? *mencium potensi diskriminasi gender* Kalo you, bakal milih ngapain?
----------------------
Jumat, 31/10/2008 14:45 WIB
Ibu Bunuh Putrinya yang Cacat karena Tak Sanggup Lagi Merawat
Rita Uli Hutapea - detikNews
Beijing - Seorang ibu tega membunuh putrinya yang cacat. Namun wanita itu lolos dari hukuman penjara. Hah?! Kejadian ini terjadi di Beijing, China seperti dilansir kantor berita Reuters, Jumat (31/10/2008). Kepada pengadilan Beijing, Li Daohong mengungkapkan beban yang ditanggungnya selama mengurus anak perempuannya yang telah berusia 20 tahun.
Dikatakan wanita berusia 47 tahun itu, dirinya telah menghabiskan semua uang selama 20 tahun untuk mengurus putrinya, Xiao Fei. Menurut Li, dia telah pergi ke berbagai penjuru China untuk mencoba mengobati putrinya yang menderita kelumpuhan otak. Akibat penyakitnya itu, Xiao bahkan tak mampu pergi ke kamar mandi seorang diri.
Dalam keputusasaan, Li membawa putrinya ke sebuah hotel di Beijing. Di sana, Li memberikan 200 lebih pil tidur pada anak gadisnya yang malang. Li kemudian membekap putrinya dengan handuk dan selimut setelah dia tertidur.
Di pengadilan, Li mengakui semua perbuatannya. Pengadilan pun menerima alasan perbuatannya. Pengadilan Beijing menyatakan, Li "telah menghabiskan banyak energi dan uang untuk korban dan beban psikologis yang memuncak tak bisa lagi ditanggungnya."
Karena itu pengadilan hanya menjatuhkan penangguhan hukuman penjara 3 tahun. Itu artinya Li tidak harus mendekam di balik jeruji sel.
(ita/iy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar