Amazon Ad Tag

09 April 2009

Cuap tentang tibet lagi

Lagi-lagi dalai lama versus pemerintah cina, seperti musuh bebuyutan yang selalu bersitegang tanpa penyelesaian. Dalai nuduh cina mengekang tibet dan saat cina menyerang tibet dulu membuat rakyat tibet merana, cina nuduh dalai pembohong dan menjajah tibet dengan sistem teokrasi.

Ada yang membandingkan kondisi tibet dan cina dengan aceh dan indonesia. Saat pemberontakan GAM di aceh yang dipimpin dari luar indonesia, sama seperti dalai lama yang memimpin tibet dari luar tibet di pengasingannya sekarang. Tapi tampaknya berbeda jauh, secara GAM memberontak jauh setelah indonesia berdiri dengan aceh yang memang menjadi wilayahnya. Sementara tibet diduduki cina dengan upaya militerisme yang serupa dengan imperialisme ala barat di jaman penjajahan indonesia dulu.

Ada yang bilang tibet sekarang lebih makmur dan pemerintah cina melakukan pembangunan di tibet, jadi bukan dijajah. Lalu kalau dipikir2. bukankah indonesia juga dulu saat dijajah belanda banyak pembangunan yang dilakukan? Sampai sekarang saja masih bisa dilihat hasilnya di daerah kota tua di jakarta utara, dan sistem pendidikan yang berkembang di indonesia berasal dari sistem pendidikan belanda juga. Jadi artinya indonesia bukan dijajah belanda dong? Dan lebih makmur daripada sebelum diduduki belanda, jadi seharusnya kita tidak merasa dijajah apalagi memberontak?

Membaca artikel2 mengenai tibet dan sejarah yang dibenturkan antara pihak satu dengan lainnya malah membingungkan. Di bawah ini saja, pemerintah cina mengaku justru membebaskan rakyat tibet dari pemerintahan teokrasi. Memangnya apa yang salah dengan teokrasi tibet kalau memang mereka penganut agama itu sendiri? Lain halnya bila di dalam tibet berkembang agama2 lain tapi ditekan oleh pemerintahan tibet yang menganut agama tibet. Justru dengan imperialisme cina yang mengekang perkembangan agama di cina sendiri malah menunjukkan cina itu ga ada bedanya dengan penjajah belanda atau lainnya di jaman imperialisme. Kasus fa lun gong yang menghebohkan meyakinkan cimur bahwa cina bukannya hanya mengekang agama, namun pernyataan membebaskan tibet dari pemerintahan teokrasi itu cuma alasan pembenaran untuk tindakan menjajah. Ga sekalian aja serang rusia yang agama kristen orthodoksnya sekarang sedang berkembang pesat? nanti jadi momok dan beralih jadi negara teokrasi lho! Bebaskan rusia jugalah! Emirat arab juga negara teokrasi tuh! katanya ada pembatasan visa untuk memasuki emirat, entah selain islam atau agama tertentu yang dilarang masuk atau yang tidak beragama yang tidak boleh masuk. Ayo cina berantas negara teokrasi! Bebaskan mereka ^^;

------------------------

Dalai Lama accuses China on Tibet anniversary
Tuesday, March 9, 2009

DHARAMSHALA, India (AFP) – Tibet's exiled spiritual leader the Dalai Lama accused China of having brought "hell on earth" to his homeland in a speech Tuesday on the sensitive 50th anniversary of a failed uprising.

As Chinese authorities deployed a massive security ring across the Tibetan plateau to prevent protests, he demanded "meaningful autonomy" for the region in a speech at his exile base in northern India.

Residents of Tibet's capital, Lhasa, reported no protests Tuesday morning but -- as in other Tibetan areas of China -- it appeared to be partly because armed soldiers and police were patrolling the streets in a show of force.

In harsh words, the Dalai Lama said China had brought "untold suffering and destruction" to the Himalayan region in a wave of repressive campaigns since the uprising on March 10, 1959 that forced him to flee.

"These thrust Tibetans into such depths of suffering and hardship that they literally experienced hell on earth," he added, saying they caused the deaths of "hundreds of thousands" of his people.

The 73-year-old Dalai Lama retains enormous support among the roughly six million devoutly Buddhist Tibetans who live in China, despite Chinese efforts to demonise him.

Chinese authorities say he wants independence for his Himalayan homeland. He denies this, reiterating that he wants greater autonomy but within China, and an end to repression.

"I have no doubt that the justice of Tibet's cause will prevail," he added in his speech, broadcast via the Internet to exiles and supporters worldwide.

Peaceful protests led by Buddhist monks in Lhasa on last year's anniversary erupted four days later into anti-Chinese rioting that swept into other parts of western China with Tibetan populations.

"Armed police with guns are at the intersections," a Han Chinese woman who works at a Lhasa hotel told AFP by telephone.

"People don't feel nervous because the police are here."

Last year's unrest deeply angered China's leaders as they prepared for the Beijing Olympics in August, and they responded with a huge military crackdown across Tibet that triggered condemnation around the world.

Signalling Beijing's lingering concern, Chinese President Hu Jintao invoked one of China's proudest nationalist symbols, the Great Wall, in a call Monday to end Tibetan separatism.

Tibetan exiles say more than 200 people died when Chinese security forces clamped down following last year's unrest. Authorities deny this, saying that "rioters" were responsible for 21 deaths.

China has sought to seal Tibet and adjacent Tibetan-populated regions from independent observers and foreign reporters.

Foreign tourists are banned from visiting Tibet in March, travel agencies have told AFP, although the government insists the region remains open.

Police Tuesday turned away AFP reporters who attempted to visit the La Jia monastery in a remote region of Qinghai province bordering Tibet.

They were escorted from nearby La Jia town, which is about 300 kilometres (185 miles) south of the provincial capital Xining.

The reporters saw checkpoints and armed security forces on the roads.

China has ruled Tibet since 1951 after sending in troops to "liberate" the region the previous year.

In Washington, meanwhile, hundreds of Tibetan exiles gathered outside the White House and bowed their heads for a two-minute silence at 1600 GMT Monday -- midnight in the Himalayan region.

The protesters marched to the Chinese embassy and were joined by dissident Wei Jingsheng, who has questioned Beijing's historical clams to the region.

"The Tibetans have been deprived of their right to protest but we can see that they are very strong," Wei told AFP.

------------------------

Dalai Lama: China Membawa Neraka Dunia ke Tibet
Rabu, 11 Maret 2009 | 08:19 WIB

DHARAMSALA, KOMPAS.com — Pemimpin spiritual Tibet yang berada di pengasingan, Dalai Lama, menuding Pemerintah China membawa ”neraka dunia” ke Tibet ketika terjadi pemberontakan pada 10 Maret 1959. Pada waktu itu China menghancurkan dan membuat rakyat Tibet menderita hingga sekarang.

Akibat tindakan represif pemerintah tahun 1959, Dalai Lama terpaksa keluar dari Tibet dan mengasingkan diri ke India. Fakta tindakan represif China, menurut Dalai Lama, selama ini disembunyikan.

”Rakyat Tibet sangat menderita karena sempat mengalami neraka dunia. Ribuan warga Tibet tewas di tangan pemerintah tahun 1959. Rakyat Tibet masih hidup dalam ketakutan. Agama, budaya, bahasa, dan identitas Tibet nyaris punah. Bayangkan saja, rakyat Tibet diperlakukan seperti penjahat yang pantas dihukum mati,” kata Dalai Lama, Selasa (10/3) di Dharamsala.

Namun, pernyataan Dalai Lama itu dibantah Pemerintah China. ”Saya tidak akan menanggapi kebohongan Dalai Lama. Kelompok Dalai Lama memutarbalikkan fakta. Mereka menyebarkan berita tidak benar. Reformasi demokrasi Tibet (di bawah kepemimpinan China) termasuk yang paling luas dan mendalam dalam sejarah Tibet,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri China Ma Zhaoxu.

Menurut pejabat China di Tibet, Qiangba Puncog, ”Kelompok Dalai Lama kerap mengutarakan kebohongan atau berita tak benar tentang pemerintah selama 50 tahun terakhir. Mereka selalu menyebarluaskan berita bohong bahwa ada lebih dari satu juta warga Tibet tewas dibunuh selama 50 tahun terakhir. Padahal, populasi Tibet melonjak dari 1,2 juta jiwa pada tahun 1959 menjadi 2,87 juta jiwa tahun 2008.

Puncog menyebutkan, pihak Dalai Lama sering berbohong dengan mengatakan telah terjadi genosida di Tibet. Pihak China mengatakan, hal itu menjadi strategi kelompok Dalai Lama untuk membohongi dunia.

Ma menambahkan, pengambilalihan Tibet oleh China justru bertujuan membebaskan rakyat Tibet yang diperbudak teokrasi feodal Tibet selama berabad- abad. ”Dalam 50 tahun terakhir, rakyat Tibet menyaksikan perubahan ekonomi, politik, dan budaya,” ujarnya.

Meski China kerap menghujat Dalai Lama, tokoh spiritual itu masih tetap mendapat dukungan kuat dari para pengikut Buddha Tibet yang berada di China.

Otonomi khusus

Pernyataan keras Dalai Lama diutarakan dalam rangka peringatan 50 tahun Dalai Lama hidup di pengasingan. Pada kesempatan itu, Dalai Lama juga kembali menuntut otonomi khusus bagi Tibet. ”Kami rakyat Tibet tengah memperjuangkan otonomi khusus tetapi tetap dalam kerangka Republik Rakyat China. Saya percaya seluruh rakyat Tibet akan mendapatkan keadilan,” kata Dalai Lama.

Menjelang peringatan 50 tahun pemberontakan tahun 1959, berbagai aksi anti-China meluas. Untuk mengantisipasi protes yang berbuntut kerusuhan di kota Lhasa dan meluas ke kota lain di China tahun 2008, Pemerintah China menyiagakan pasukan tambahan di sepanjang perbatasan China-Tibet. Turis asing dan wartawan dilarang masuk ke Tibet mulai awal Maret lalu.

”Ada polisi di seluruh sudut kota, di persimpangan jalan, terminal bus, bahkan gang-gang sempit. Walau situasi terasa tegang, masyarakat tidak terlihat resah,” kata seorang warga Lhasa.

Tidak ada komentar: