Berbagai kisah cerita di serial televisi bernuansa cina menceritakan betapa seringkali anak melupakan jasa orangtua dalam membesarkan mereka dan kualat dengan berbagai balasan "kuasa langit" agar memberi pelajaran kepada anak-anak lainnya untuk selalu ingat jasa orangtua dan berbakti kepada mereka.
Anak yang kurang ajar, kasar, membantah, dan tidak menuruti dikatakan kualat. Posisi anak seperti ditempatkan pada tingkat yang lebih rendah dari orangtua, layaknya barang milik orangtua lainnya. Jadi kapan saja keputusan orangtua dibuat, walaupun menyusahkan sang anak, dengan ungkapan sakti "berbakti pada orangtua", sang anak haruslah menuruti keinginan mereka.
Katakanlah kasus yang sering terjadi, Alung memiliki hobi seni ilustrasi dan ingin mendalami kemampuannya dengan memasuki sekolah desain. Sedangkan ayahnya ingin agar dirinya melanjutkan usaha keluarganya yaitu bisnis toko kelontong yang tidak ada sangkut pautnya. Sejak saat masih kecil, mulai ditanamkanlah paham bahwa "gambar tidak ada gunanya", atau "gambar tidak bisa menghidupi keluarga", dan lainnya demi untuk mengekang anaknya dari mengembangkan bakatnya di bidang selain bisnis berdagang.
Contoh lainnya, Ming-Ming menjalin hubungan dengan Amiaw, tetangga di dekat rumahnya. Dari gejalanya tampak mereka serius untuk menjajaki hubungan ke tingkat yang lebih lanjut, bahkan mereka telah membicarakan kehidupan berkeluarga nanti. Namun karena mamah dari Ming-Ming sejak dulu ingin sekali memiliki mantu seorang dokter (selain karena prestige gelar, juga jaminan kemapanan yang ditawarkan), iapun menghalangi hubungan cinta anaknya tersebut dan menjodohkannya dengan Robert. Mulai dari dorongan yang selalu memuji-muji kelebihan Robert dari yang paling tidak penting sekalipun, sampai mengangkuhkan diri kepada Amiaw yang hanya lulusan Fakultas Akuntansi.
Atau yang lebih parah dari semuanya mungkin adalah kasus Acen yang dikawinkan secara paksa oleh pria Taiwan yang sebenarnya tidak dikenal sama sekali, namun karena kehidupan keluarga Acen yang berkesusahan di Singkawang (misalnya), kedua orangtuanya setuju mengawinkan Acen dengan pria Taiwan itu.
Banyak kasus yang bukan hanya terjadi di kalangan keturunan cina, namun secara sudah menjadi tradisi sejak jaman baheula bahwa anak harus berbakti dan membayar perjuangan orangtua dalam membesarkan mereka, seringkali istilah berbakti tersebut malah dimanfaatkan para orangtua demi memenuhi keinginan mereka sendiri yang tak sanggup penuhi dulu, bukan lagi demi kebahagiaan anaknya.
Anak yang melawan, mungkin hanya melihat dari sudut pandang pribadi yang egois. Karena sama seperti sang orangtua, nantinya bisa jadi mereka akan memperlakukan anak-anak mereka sama seperti orangtuanya memperlakukan mereka saat ini. Sedangkan yang memutuskan untuk berbakti dan merelakan mimpinya juga perlu tetap mengingat, bahwa keputusan yang telah mereka ambil adalah murni tanggung jawab mereka yang tidak perlu dibebankan kepada anaknya nanti saat mereka berada dalam posisi orangtua.
Sebagai contoh, seorang anak yang sangat berbakti. Xa Dahui yang berkuliah di Institut Bioengineering Wuhan, menjaga ayahnya yang sudah cacat fisik karena pendarahan otak yang membuatnya kehilangan kemampuan motorik sebelah badannya. Ia membawanya ke lokasi perkuliahan, dan bahkan ke tempatnya bekerja di kantin kampusnya. Hal ini dikarenakan ibunya yang tidak mampu merawat ayahnya karena sakit yang diderita. Xa Dahui mencapai nilai yang tinggi walaupun mendapatkan beban ini, iapun menjalaninya tanpa merasa terbebani dan tulus. Bisa jadi ia akan menjadi calon mantu favorit di meinlen sana.
Anak yang kurang ajar, kasar, membantah, dan tidak menuruti dikatakan kualat. Posisi anak seperti ditempatkan pada tingkat yang lebih rendah dari orangtua, layaknya barang milik orangtua lainnya. Jadi kapan saja keputusan orangtua dibuat, walaupun menyusahkan sang anak, dengan ungkapan sakti "berbakti pada orangtua", sang anak haruslah menuruti keinginan mereka.
Katakanlah kasus yang sering terjadi, Alung memiliki hobi seni ilustrasi dan ingin mendalami kemampuannya dengan memasuki sekolah desain. Sedangkan ayahnya ingin agar dirinya melanjutkan usaha keluarganya yaitu bisnis toko kelontong yang tidak ada sangkut pautnya. Sejak saat masih kecil, mulai ditanamkanlah paham bahwa "gambar tidak ada gunanya", atau "gambar tidak bisa menghidupi keluarga", dan lainnya demi untuk mengekang anaknya dari mengembangkan bakatnya di bidang selain bisnis berdagang.
Contoh lainnya, Ming-Ming menjalin hubungan dengan Amiaw, tetangga di dekat rumahnya. Dari gejalanya tampak mereka serius untuk menjajaki hubungan ke tingkat yang lebih lanjut, bahkan mereka telah membicarakan kehidupan berkeluarga nanti. Namun karena mamah dari Ming-Ming sejak dulu ingin sekali memiliki mantu seorang dokter (selain karena prestige gelar, juga jaminan kemapanan yang ditawarkan), iapun menghalangi hubungan cinta anaknya tersebut dan menjodohkannya dengan Robert. Mulai dari dorongan yang selalu memuji-muji kelebihan Robert dari yang paling tidak penting sekalipun, sampai mengangkuhkan diri kepada Amiaw yang hanya lulusan Fakultas Akuntansi.
Atau yang lebih parah dari semuanya mungkin adalah kasus Acen yang dikawinkan secara paksa oleh pria Taiwan yang sebenarnya tidak dikenal sama sekali, namun karena kehidupan keluarga Acen yang berkesusahan di Singkawang (misalnya), kedua orangtuanya setuju mengawinkan Acen dengan pria Taiwan itu.
Banyak kasus yang bukan hanya terjadi di kalangan keturunan cina, namun secara sudah menjadi tradisi sejak jaman baheula bahwa anak harus berbakti dan membayar perjuangan orangtua dalam membesarkan mereka, seringkali istilah berbakti tersebut malah dimanfaatkan para orangtua demi memenuhi keinginan mereka sendiri yang tak sanggup penuhi dulu, bukan lagi demi kebahagiaan anaknya.
Anak yang melawan, mungkin hanya melihat dari sudut pandang pribadi yang egois. Karena sama seperti sang orangtua, nantinya bisa jadi mereka akan memperlakukan anak-anak mereka sama seperti orangtuanya memperlakukan mereka saat ini. Sedangkan yang memutuskan untuk berbakti dan merelakan mimpinya juga perlu tetap mengingat, bahwa keputusan yang telah mereka ambil adalah murni tanggung jawab mereka yang tidak perlu dibebankan kepada anaknya nanti saat mereka berada dalam posisi orangtua.
Sebagai contoh, seorang anak yang sangat berbakti. Xa Dahui yang berkuliah di Institut Bioengineering Wuhan, menjaga ayahnya yang sudah cacat fisik karena pendarahan otak yang membuatnya kehilangan kemampuan motorik sebelah badannya. Ia membawanya ke lokasi perkuliahan, dan bahkan ke tempatnya bekerja di kantin kampusnya. Hal ini dikarenakan ibunya yang tidak mampu merawat ayahnya karena sakit yang diderita. Xa Dahui mencapai nilai yang tinggi walaupun mendapatkan beban ini, iapun menjalaninya tanpa merasa terbebani dan tulus. Bisa jadi ia akan menjadi calon mantu favorit di meinlen sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar