Negara besar, penduduk banyak, sumber daya melimpah. Suatu faktor menguntungkan bagi perkembangan sebuah bangsa, tentu saja diperlukan juga tingkat dan sistem pendidikan yang baik dan bermoral. Bukan suatu hal yang mengherankan bila dikatakan cina sebagai penggerak ekonomi dunia (bersama india, yahudi, dan bangsa lainnya), bahkan (tentu saja) pihak2 fanatik cina yang sangat bangga (baca : pongah) akan status ini akan selalu menempatkan cina di atas bangsa lain dalam hal industri perdagangan.
Dari kualitas datang korupsi, kuantitas besar memiliki korupsi yang akan menurunkan nilai kualitasnya sendiri. Secara kalau menilik pengakuan banyak pihak (pengagum cina) yang menyebutkan bahwa (perkembangan) ekonomi cina adalah nomor satu, maka bisa dibayangkan pula tingkat korupsinya yang mungkin paling besar pula. Apalagi kesadaran akan batas tipis antara bisnis yang lihay dan licik seringkali dipandang sebelah mata oleh pebisnis cina. Bukan rahasia kalau seperti pada bangsa lain yang memiliki organisasi penjahat tersistem (mafia Italia, Yakuza Jepang, dan lainnya), cina pun punya organisasi kebanggaan yang disebut triad, yang tampaknya mampu melebarkan sayap bisnisnya sampai ke Iran (banyak tertangkapnya orang Iran yang menyelundupkan narkoba pada surat kabar mungkin menunjukkan produk cina yang sampai kesini melewati jalur Iran, mungkin juga bukan).
Di luar benar tidaknya hal ini, dapat diketahui dengan lebih meyakinkan, bahwa produk (biasanya berbahan plastik, aman maupun berbahaya tidak diketahui karena kurang standar pengawasannya) cina yang berfungsi praktis dalam kehidupan rumah tangga telah sampai jauh ke ujung Asia, bahkan Afrika. Dari hal ini usaha dan buah hasil bisnis orang cina patut diacungi jempol.
Dengan euforia akan peningkatan kondisi ekonomi cina yang melebihi bangsa lain di dunia tampaknya digerogoti oleh tingginya tingkat korupsinya juga. Dan bukannya tanpa alasan bila perlu dikuatirkan, karena generasi mudanya pun tak terjamin masa depannya dikarenakan rendahnya mutu pendidikan cina belakangan ini. Diakui pihak cina sendiri yang sangat gelisah akan bobroknya mutu jebolan institut pendidikan di sana, terutama dengan memburuknya kualitas pendidikan dasar. Bisa dikatakan, generasi yang tidak terjaga kualitasnya akan menjadi bom waktu yang akan memporak porandakan sukses cina dalam memposisikan dirinya sebagai negara adi kuasa.
Langkah berani yang dilakukan pemerintah cina adalah dengan memecat menteri pendidikannya yang tidak dapat membuktikan diri untuk menjaga atau meningkatkan mutu pendidikan di meinlen, dan bahkan terlibat dalam skandal kasus korupsi yang akhirnya dianggap membahayakan masa depan negara. Bayangkan saja, dana pendidikan yang notabene seharusnya digunakan untuk pembangunan fasilitas pendidikan dipangkas untuk hal lain yang tidak diketahui (namun biasanya demi keperluan pribadi). Bila kembali pada kondisi Indonesia, beranikah pemerintah kita melakukan langkah yang cukup mencoreng muka ini?
----------------------------Dari kualitas datang korupsi, kuantitas besar memiliki korupsi yang akan menurunkan nilai kualitasnya sendiri. Secara kalau menilik pengakuan banyak pihak (pengagum cina) yang menyebutkan bahwa (perkembangan) ekonomi cina adalah nomor satu, maka bisa dibayangkan pula tingkat korupsinya yang mungkin paling besar pula. Apalagi kesadaran akan batas tipis antara bisnis yang lihay dan licik seringkali dipandang sebelah mata oleh pebisnis cina. Bukan rahasia kalau seperti pada bangsa lain yang memiliki organisasi penjahat tersistem (mafia Italia, Yakuza Jepang, dan lainnya), cina pun punya organisasi kebanggaan yang disebut triad, yang tampaknya mampu melebarkan sayap bisnisnya sampai ke Iran (banyak tertangkapnya orang Iran yang menyelundupkan narkoba pada surat kabar mungkin menunjukkan produk cina yang sampai kesini melewati jalur Iran, mungkin juga bukan).
Di luar benar tidaknya hal ini, dapat diketahui dengan lebih meyakinkan, bahwa produk (biasanya berbahan plastik, aman maupun berbahaya tidak diketahui karena kurang standar pengawasannya) cina yang berfungsi praktis dalam kehidupan rumah tangga telah sampai jauh ke ujung Asia, bahkan Afrika. Dari hal ini usaha dan buah hasil bisnis orang cina patut diacungi jempol.
Dengan euforia akan peningkatan kondisi ekonomi cina yang melebihi bangsa lain di dunia tampaknya digerogoti oleh tingginya tingkat korupsinya juga. Dan bukannya tanpa alasan bila perlu dikuatirkan, karena generasi mudanya pun tak terjamin masa depannya dikarenakan rendahnya mutu pendidikan cina belakangan ini. Diakui pihak cina sendiri yang sangat gelisah akan bobroknya mutu jebolan institut pendidikan di sana, terutama dengan memburuknya kualitas pendidikan dasar. Bisa dikatakan, generasi yang tidak terjaga kualitasnya akan menjadi bom waktu yang akan memporak porandakan sukses cina dalam memposisikan dirinya sebagai negara adi kuasa.
Langkah berani yang dilakukan pemerintah cina adalah dengan memecat menteri pendidikannya yang tidak dapat membuktikan diri untuk menjaga atau meningkatkan mutu pendidikan di meinlen, dan bahkan terlibat dalam skandal kasus korupsi yang akhirnya dianggap membahayakan masa depan negara. Bayangkan saja, dana pendidikan yang notabene seharusnya digunakan untuk pembangunan fasilitas pendidikan dipangkas untuk hal lain yang tidak diketahui (namun biasanya demi keperluan pribadi). Bila kembali pada kondisi Indonesia, beranikah pemerintah kita melakukan langkah yang cukup mencoreng muka ini?
Menteri Pendidikan China Dipecat
Selasa, 3 November 2009 | 05:52 WIB
BEIJING, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan China Zhou Ji (63) dipecat karena skandal korupsi dan tidak bisa mengatasi persoalan pendidikan. Posisinya digantikan oleh Wakil Menteri Pendidikan Yuan Guiren. Publik China amat tidak puas dengan kinerja Zhou dalam enam tahun terakhir.
Demikian diberitakan media massa di China, Senin (2/11). Tidak ada alasan resmi dari pemerintah soal pemecatan Zhou. Pemecatan Zhou dilakukan Komite Eksekutif Parlemen China, Jumat (30/10) di Beijing.
Namun, pada sebuah pertemuan seremonial tahun lalu di parlemen China, ada 300 suara delegasi dari total 3.000 suara delegasi yang menyatakan keberatan dengan susunan kabinet. Keberatan itu terutama ditujukan kepada Zhou.
Pemerintah jarang memecat pejabat senior atau pejabat tinggi. Pada umumnya hukuman dilakukan hanya bagi pejabat yang terlibat skandal besar. Pada 2006, misalnya, Chen Liangyu dipecat sebagai Ketua Partai Komunis cabang Shanghai karena skandal korupsi dan dipenjarakan.
Presiden Hu Jintao sudah berjanji melakukan tindakan kepada para pejabat yang korup. Presiden Hu mengatakan, korupsi merupakan ancaman bagi legitimasi Partai Komunis yang memimpin China sejak 1949.
Zhou telah dimutasi menjadi Wakil Ketua Partai di Akademi Teknik China, sebagaimana diberitakan kantor berita Xinhua.
Rotasi jabatan belum tentu karena ada skandal korupsi. Namun, pemecatan Zhou diiringi dengan komentar tidak enak.
Banyak masalah
Sistem pendidikan tinggi China berkembang luar biasa dalam beberapa tahun terakhir. Namun, pendidikan tinggi itu hanya menghasilkan jutaan lulusan yang tidak punya kualifikasi baik. Kebanyakan dari mereka kesulitan mendapatkan pekerjaan di tengah pertumbuhan ekonomi yang rata-rata di atas 8 persen dalam sepuluh tahun terakhir.
”Pergeseran secara mendadak itu merupakan rangkaian terbaru dari perombakan sistem pendidikan publik. Biasanya sistem pendidikan China merupakan sebuah jalan emas untuk peningkatan status sosial. Namun, sistem pendidikan itu kini menghadapi banyak masalah,” demikian harian milik pemerintah, China Daily.
Zhou dikritik keras karena tidak mampu mengatasi berbagai persoalan pendidikan dengan kualitas buruk di tingkat universitas. Di sisi lain, biaya kuliah mengalami peningkatan. Juga terjadi degradasi kualitas pada pendidikan dasar.
”Meski berbagai persoalan itu merupakan warisan dari pejabat sebelumnya, Zhou telah menjadi sasaran karena tidak memiliki kinerja yang bagus,” lanjut China Daily.
Zhou, yang meraih gelar doktor dari State University of New York at Buffalo, AS, digantikan wakilnya, Yuan Guiren. Yuan lahir di Provinsi Anhui pada 1950. Sebelumnya, dia menjabat Rektor Universitas Normal Beijing (Beijing Normal University).
Pemecatan Zhou juga terjadi di tengah skandal korupsi yang menimpa Universitas Wuhan dan kini menjadi bahan pembicaraan publik di China.
Zhou tidak secara resmi dikaitkan dengan skandal korupsi di universitas itu. Namun, banyak pihak yang curiga bahwa Zhou terkait dengan skandal tersebut.
Hal ini sehubungan dengan karier Zhou beberapa tahun menangani sistem pendidikan di Wuhan. Zhou juga pernah menjabat sebagai Wali Kota Wuhan sebelum ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan.
Dua pejabat di Universitas Wuhan telah ditangkap karena tuduhan menerima suap. Isu suap ini terkait dengan persetujuan atas proyek pembangunan beberapa gedung sekolah. Total nilai proyek yang disetujui adalah Rp 1,1 triliun.
Majalah milik pemerintah, China Newsweek, belum lama ini mengutip pernyataan Liu Qun, seorang pejabat penyelidik korupsi di pemerintahan kota Wuhan.
Liu mengatakan, ”Skandal ini hanya puncak dari sebuah gunung es.”
Seorang rektor dari sebuah universitas lain, juga berlokasi di kota Wuhan, telah ditahan untuk ditanyai terkait skandal korupsi.
Kepala dari sebuah sekolah keguruan di kota Zhanjiang, China selatan, juga ditangkap karena kejahatan kerah putih. Semua masalah ini muncul di bawah kepemimpinan Zhou.
Masalah pendidikan di China juga menimpa pendidikan tingkat menengah berupa buruknya kualitas lulusan. Bahkan, kualitas yang buruk ini sudah dianggap kronis.
Persoalan di Universitas Wuhan juga terjadi di berbagai universitas di seantero China.
Beijing memulai ekspansi pendidikan tinggi pada dekade 1990-an. Pemerintah mengeluarkan dana dalam jumlah besar untuk membuat kualitas universitas di China bisa bersaing dengan universitas kelas dunia di negara lain.
Banyaknya penduduk membuat China membangun banyak gedung untuk menampung siswa hingga mahasiswa. Namun, dana-dana itu tidak dipakai sebagaimana mestinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar