Kalo buat you2 pada yang sempat ngalamin rusuh Mei 98 di jakarta, atau yang masih nyangkut di ingatan saat kacau itu, kira2 kayak gitulah yang terjadi di xinjiang baru2 ini. Alasannya sama saja, ketidakpuasan terhadap pemerintah yang dilampiaskan ke kambing hitam yang ditunjuk. Kalo di jakarta waktu itu yg ngerusuh itu katanya mayoritas yang bawa2 agamanya dan korbannya orang cina yang suku dan agamanya minoritas, di xinjiang malah terbalik. Yang ngerusuh itu minoritas dan sasarannya mayoritas.
Lucunya aksinya sama, kekerasan dan konfliknya dipisahkan oleh kategori suku dan agama juga. Lebih lucu lagi, yang ngerusuh itu bawa agama yang sama dengan yang ngerusuh di jakarta dulu. Ntah emang di agama itu banyak provokatornya yang nyusup buat ngajakin rusuh atau emang orang2nya bermental sama, doyan ngerusuh.Ujung-ujungnya sih yang disalahin pemerintahnya, karena ga bisa mengayomi rakyatnya dan memberikan kesejahteraan yang merata. Satu pihak bilang pemerintah pilih kasih, satu pihak lagi bilangnya pihak satunya pemalas ga mau kerja. Kalo diinget2, pas dulu juga ada omongan kayak gitu di jakarta. Jadi ga jauh2 ternyata alasannya ya. Coba kalo kita pandang contoh lain, di malaysia mayoritas dengan agama yang sama dengan perusuh2 di jakarta dan xinjiang bisa hidup makmur dan sejahtera kok. Jadi alasan utamanya sepertinya memanglah ekonomi yang diseret2 ke suku dan agama yah. Cuma memang sih ada undang2 rasis yang menguntungkan suku mayoritas dan menekan minoritas di malaysia, sampai2 ada keributan antara mayoritas dengan dua suku minoritas disana kemarin itu.
Pertanyaannya sekarang jadi, apakah perlu dibuat undang2 seperti di malaysia supaya para perusuh di xinjiang dan di jakarta gak ngerusuh lagi? Tapi kalau seperti itu, apakah mereka tidak jadi terlena oleh fasilitas dan menjadi lebih malas berusaha? Mental tempe dong kalo gitu, tempe mah enak dan bergizi, tp kalo dibilang mental tempe mah maksudnya seperti tempe yang dimasak dengan diiris tipis2.
Yang pasti mah, buat menahan laju kemelaratan, manusia perlu sadar untuk tidak seenaknya bikin anak. Jadi pola pikir punya banyak anak itu berkah tuhan dan banyak rejeki itu perlu direvisi, agar sesuai kondisi ekonomi dan lingkungan hidup. Kalo punya anak tapi ga bisa ngurusnya, cuma buat diajarin ngemis atau nyolong mah sama aja dosa. Kalo uda dapat anak perempuan terus, jangan maksa bikin anak terus sampai dapat anak laki trus anak perempuannya ga diperhatiin. Ujung2nya kalo banyak tanggungan kan nyusahin diri sendiri dan keluarga juga. Mbok ya tolong dipikirin toh? Daripada males mikir nantinya ribut2.
-----------------------------------
Xinjiang Makin Berdarah, yang Tewas Bertambah
Selasa, 7 Juli 2009 | 05:02 WIB
BEIJING, KOMPAS.com — Jumlah kematian akibat kekerasan etnik di daerah Xinjiang, China barat laut, naik menjadi 156 orang. Kerusuhan meluas ke kota Kashgar, tempat polisi membubarkan sekitar 200 orang yang berusaha berkumpul, kata media pemerintah, Selasa (7/7).
Pemrotes yang marah dari minoritas Uighur turun ke jalan-jalan di ibu kota wilayah itu, Urumqi, Minggu, dengan membakar dan menghancurkan kendaraan serta pertokoan, dan bentrok dengan polisi antihuru-hara.
Lebih dari 700 orang ditangkap karena dituduh berperan dalam kekerasan itu, kata kantor berita resmi Xinhua. Namun, penduduk setempat mengatakan kepada Reuters bahwa polsi melakukan operasi membabi-buta di daerah-daerah Uighur.
Lebih dari 20.000 polisi khusus dan bersenjata, pasukan, dan pemadam kebakaran dikerahkan dalam penumpasan kekerasan di Urumqi. Meski pengamanan diperketat, kerusuhan tampaknya meluas di wilayah bergolak itu.
Sekitar 200 orang yang "berusaha berkumpul" di masjid Id Kah di pusat kota Silk Road Kashgar dibubarkan oleh polisi pada Senin petang, kata Xinhua.
Polisi juga memperoleh "petunjuk" mengenai upaya-upaya untuk mengatur lagi kerusuhan di kota Aksu dan prefektur Yili, sebuah daerah perbatasan yang dilanda kerusuhan etnik pada akhir 1990-an.
Bersama-sama Tibet, Xinjiang merupakan salah satu kawasan paling rawan politik dan di kedua wilayah itu, pemerintah China berusaha mengendalikan kehidupan beragama dan kebudayaan sambil menjanjikan petumbuhan ekonomi dan kemakmuran.
Namun, penduduk minoritas telah lama mengeluhkan bahwa orang China Han mengeruk sebagian besar keuntungan dari subsidi pemerintah, sambil membuat warga setempat merasa seperti orang luar di negeri mereka sendiri.
Beijing mengatakan bahwa kerusuhan itu, yang paling buruk di kawasan tersebut dalam beberapa tahun ini, merupakan pekerjaan dari kelompok-kelompok separatis di luar negeri yang ingin menciptakan wilayah merdeka bagi minoritas muslim Uighur.
Kelompok-kelompok itu membantah mengatur kekerasan tersebut dan mengatakan, kerusuhan itu merupakan hasil dari amarah yang menumpuk terhadap kebijakan pemerintah dan dominasi ekonomi China Han.
---------------------------
Xinjiang Bergolak, Warga China Perang di Internet
Selasa, 7 Juli 2009 | 12:38 WIB
SHANGHAI, KOMPAS.com - Warga China menumpahkan kemarahan mereka secara online terhadap kerusuhan etnis di provinsi muslim Xinjiang yang setidaknya merenggut 156 nyawa.
Mereka mesti main petak umpet untuk menghindari sensor pemerintah yang berusaha menghapus pesan yang di-posting dan blog-blog berisi kecaman.
Kebanyakan dari komentar itu menuntut hukuman keras terhadap mereka yang terlibat. Seakan bersesuaian dengan tuduhan media massa pemerintah terhadap aktivis Uighur di pengasingan, Rebiya Kadeer, sebagai otak kerusuhan di Urumqi, Minggu.
Hampir setengah dari 20 juta penduduk provinsi Xinjiang adalah Uighur Muslim, tetapi mereka sudah lama mengeluhkan etnis Han China karena lebih sering diuntungkan oleh investasi dan subsidi pemerintah pusat. Sementara sebagian besar rakyat beragama Islam yang lebih memiliki kesamaan bahasa dan budaya dengan Asia Tengah, merasa terpinggirkan.
Di samping Tibet, Xinjiang adalah salah satu dari wilayah China yang secara politik sangat sensitif dan di kedua wilayah itu pemerintah berupaya mengetatkan cengkeramannya dengan mengendalikan kehidupan beragama dan kebudayaan sambil menjanjikan pertumbuhan dan kemakmuran ekonomi.
"Hancurkan konspirasi, tindak tegas para penyabot, serang lebih keras lagi," demikian bunyi pesan yang di-posting melalui satu blog milik seseorang yang dikenali dengan "Chang Qing" dalam portal www.sina.com.cn.
Sementara beberapa lainnya memperingatkan bahwa etnis Han, yang menjadi suku mayoritas di China, akan membalas dendam. "Utang darah dibayar darah. Rekan-rekan sesama Han bersatulah dan bangkitlah," tulis "Jason" dalam search engine www.baidu.com.
Beberapa pihak lainnya memuja arwah Wang Zhen, jenderal China yang menghinakan dan ditakuti banyak orang Uighur karena keberingasannya saat memimpin pasukan komunis China memasuki Xinjiang pada 1949 untuk memasukkan wilayah itu ke negara baru, Republik Rakyat China.
"Camkan ini baik-baik," bunyi satu pesan yang di-posting di atas kisah singkat penaklukan Wang yang diambil dari buku sejarah China.
Namun, tak sedikit orang yang berusaha memahami penderitaan orang-orang Uighur. "Jika anggota keluargamu tidak punya hak, tidak punya kekuasaan, menghadapi diskriminasi dan ditertawakan, maka tidak hanya keluargamu yang hancur, kamu sendiri yang menanam benih-benih permusuhan," tulis "Bloody Knife".
Seseorang berinisial "zfc883919" menulis di portal Xinjiang, www.tianya.cn, bahwa tidak bisa memahami mengapa polisi membiarkan begitu banyak korban mati di sana. "Apa gerangan yang kalian kerjakan? Itu 156 jiwa manusia. Saya berharap pihak berwenang yang menangani ini benar-benar mau belajar sehingga tragedi seperti ini tidak terulang."
Pihak berwenang segera mengambil langkah cepat menghapus komentar-komentar berbau kekerasan itu, terutama untuk mencegah menyebarnya kebencian etnis atau pertanyaan awam di internet terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah di kawasan yang didominasi etnis-etnis minoritas non-Han.
Banyak blog yang hanya mem-posting kembali artikel-artikel dari media setempat mengenai kerusuhan itu, tetapi pada bagian di mana pembaca diundang untuk berkomentar, tertulis, "Tidak ada komentar untuk sementara waktu ini," suatu hal yang tidak biasa di tengah populernya blog di kalangan 300 juta pengguna internet di China.
Sejumlah laman yang mem-posting tayangan grafis mengenai tubuh-tubuh yang habis dipukuli dan berdarah-darah, yang diambil selama atau setelah kerusuhan, juga dengan cepat dihapus.
---------------------------
140 Orang Tewas dalam Kerusuhan di Xinjiang
Senin, 6 Juli 2009 | 16:03 WIB
URUMQI, KOMPAS.com - Aksi kekerasan yang berlangsung di wilayah Xinjiang, China menewaskan 140 orang dan mencederai 828 lainnya. Keterangan yang disampaikan oleh seorang pejabat di ibukota Xinjiang, Urumqi, Senin (6/7), menyebutkan aksi kerusuhan yang berlangsung setelah polisi membubarkan demonstran dari sebuah kelompok etnik Muslim.
Jumlah korban tewas itu menjadikan kerusuhan ini sebagai insiden tunggal yang memakan korban jiwa terbesar di Xinjiang dalam beberapa dasawarsa terakhir. Aksi kekerasan di Urumqi itu berlangsung setelah unjuk rasa damai yang diikuti 1.000 hingga 3.000 peserta kemarin menjadi tidak terkendali.
Demonstran membalikkan sejumlah barikade, merusak sejumlah mobil dan rumah serta terlibat bentrokan dengan polisi. Kelompok Uigher di pengasingan menerangkan aksi kekerasan bermula setelah polisi membubarkan unjuk rasa damai.
Kantor berita Xinhua melaporkan 140 orang tewas dan jumlah korban meninggal dunia dikhawatirkan bertambah dalam kerusuhan itu. Ketegangan antara Uighur dan kelompok etnik mayoritas Han kerap terjadi Xinjiang.
Militan Uighur telah melancarkan kampanye separatis melalui aksi kekerasan sporadis. Mayoritas dari 2,3 juta jiwa warga Urumqi berasal dari kelompok etnik Han.
---------------------------
Rusuh di Xinjiang Tewaskan Tiga Warga Sipil
Senin, 6 Juli 2009 | 04:38 WIB
BEIJING, KOMPAS.com — Tiga warga sipil tewas dalam kerusuhan di ibu kota wilayah barat jauh China, Xinjiang, Minggu (5/7), kata kantor berita resmi Xinhua.
Laporan singkat Xinhua mengatakan, korban tewas adalah tiga warga biasa dari kelompok etnik Han.
Mereka tewas dalam kerusuhan di Urumqi yang kata saksi mata dan sumber lain melibatkan anggota-anggota minoritas etnik Uighur, kata kantor berita itu. "Lebih dari 20 orang lain cedera dalam insiden itu dan banyak kendaraan bermotor dibakar," tambah Xinhua.
--------------------------------------
Shalat Jumat Dilarang di Urumqi China
Jumat, 10 Juli 2009 | 13:27 WIB
URUMQI, KOMPAS.com — Masjid-masjid di kota Urumqi, China, dilarang menyelenggarakan shalat Jumat, (10/7), sementara polisi dikerahkan untuk mencegah kemungkinan meletusnya aksi kerusuhan baru antaretnis yang mematikan.
Sejumlah Muslim Uighur mengatakan, mereka telah diperintahkan untuk melaksanakan shalat di rumah saja, pada saat pasukan bersenjata dikerahkan di jalan-jalan di ibu kota wilayah barat laut Xinjiang, lima hari setelah terjadi bentrokan yang menurut pemerintah menewaskan 156 orang.
"Pemerintah mengatakan tidak ada pelaksanaan shalat Jumat," kata seorang pria Uighur, Tursun, di luar Masjid Hantagri, salah satu bangunan tertua di ibu kota, pada saat sekitar 100 polisi membawa senjata mesin dan tongkat berdiri di dekatnya.
"Tidak ada yang bisa kami lakukan ... pemerintah takut bahwa masyarakat akan menggunakan pelaksanaan acara keagamaan itu untuk mendukung tiga kekuatan." Tiga kekuatan itu adalah sebutan pemerintah China terhadap ekstremisme, separatisme, dan terorisme. Kekuatan tersebut dikatakan berusaha memecah wilayah Xinjiang dari sebagai bagian China.
Xinjiang berpenduduk 8 juta suku Uighur yang lama mengaku mendapat tekanan dalam pelaksanaan keagamaan, politik, dan ekonomi oleh penguasa China. Kelompok ini menumpahkan kemarahannya, Minggu, dalam aksi-aksi protes yang cepat menjadi aksi kekerasan.
Pemerintah China mengatakan, 156 orang tewas dan lebih dari 1.000 orang lainnya cedera, pada saat kaum Muslim Uighur diserang kelompok etnis Han yang dominan.
Namun, orang-orang Uighur di pengasingan mengatakan, pasukan keamanan bersikap berlebihan terhadap aksi-aksi yang dilakukan secara damai itu. Mereka mengatakan, lebih dari 800 orang diduga tewas dalam aksi kerusuhan itu, termasuk petugas keamanan.
Aksi kerusuhan terus berlanjut pada awal pekan ini, pada saat ribuan orang Han tumpah di jalan-jalan bersenjatakan pisau, galah, serta senjata buatan lainnya dan berikrar untuk melakukan balasan terhadap suku Uighur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar