Inilah saatnya, dimana orang-orang cina bersuka ria menyambut hari gembira dimana sesama keluarga akan saling berjumpa dan silaturahmi, juga saat mengumpulkan gaji tahunan yang ditunggu-tunggu generasi muda, terutama mendekati valentine. Di pecinan warna semarak lautan merah dan kuning membakar gang dan pinggir jalan, cobalah tengok glodok dengan jalan setapak yang sudah dipenuhi warna api dan barang jualan tetek bengek yang memang sengaja memanfaatkan momen komersial terpenting dalam budaya cina.
Dari pagi hari nanti, seluruh keluarga akan bersiap menyambut para tamu atau pergi berkunjung dengan penampilan terbaik dibungkus dengan pakaian baru yang keren atau cantik demi perayaan ini. Tas dan kantongpun dikosongkan untuk menampung segenap kucuran dana dalam bentuk amplop merah yang berisi uang dengan jumlah bervariasi, tergantung tingkat ekonominya. Ada yang bahkan konon memberikan angpao dalam bentuk kartu debet isi ulang sejumlah tertentu, mungkin sekalian promosi dan biar uangnya tidak keluar dari bank tempatnya bekerja atau miliknya kali ya.
Tahun ini disebut sebagai tahun kebo dalam penanggalan imlek, dan menurut cina, industri otomotif sedang lesu seperti sifat tahun kebo yang melambangkan kerja keras dan payah. Untuk mencapai hasil yang sama diperlukan usaha ekstra keras dibandingkan tahun lainnya. Adalagi penjelasan atau tetek bengeknya, tapi karena ekhe tidak percaya ekhe tidak begitu peduli. Apalagi segala nasehatnya bersifat generic and tentative, semuanya juga bisa seperti itu.
Kalau ingat imlek, maka yang terlintas pertama kali adalah apho ekhe. Karena ulang tahun beliau berpedoman pada kalender cina, yaitu 2 hari sebelum tahun baru imlek. Popo, begitu saya menyebutnya sedari kecil, artinya adalah nenek dan yang saya maksud adalah dari pihak ayah. Beliau adalah seorang yang baik, pengertian dan penuh perhatian. Walaupun memang cerewet dan suka ribet sendiri, tidak bisa disangkal bagi ekhe beliau adalah salah salah satu sosok sesepuh orang tua terbaik yang pernah ekhe kenal. Dari ekhe masih kecil beliau selalu berusaha memenuhi keperluan dan kebutuhan cucunya dengan senang hati dan senyum, bahkan seringkali memberi lebih dari yang dibutuhkan atau tanpa diminta. Malah sebenarnya terkadang tidak mau tapi dipaksa, jadinya tidak enak hati bila menolak ... Yah begitulah sosok orang tua yang memperhatikan keturunannya, mungkin bisa dibilang memanjakan.
Walaupun begitu, kehidupan keras memisahkan kami dari hidup di rumah yang sama. Semakin lama semakin jarang ekhe bertandang ke rumahnya, dan kalaupun kesana memang karena ingin menemuinya. Apalagi sejak Kungkung (kakek) meninggal, kesehatannya berangsur menurun ... karena seakan tidak punya pegangan hidup lagi ... walaupun sebenarnya kungkung sendiri telah menderita degenerasi intelegensia, sejak operasi batu ginjal dimana ginjalnya sendiri diangkat dan obat beserta diet dan keharusan beristirahat tanpa aktivitas biasa berdagang di toko telah membuatnya menjadi semakin pikun.
Ekhe sendiri sebenarnya sangat prihatin, melihat dalam waktu beberapa tahun saja penampilan popo berubah sedemikian pesat, dari sehat penuh semangat menjadi lemah dan pikun, dengan tangan bergetar (mungkin parkinson) dan bicara yang terbata-bata, tetap berusaha aktif berkomunikasi dengan ekhe setiap kali ekhe mengunjunginya. Merasa ajal semakin membayanginya, ekhe pun berinisiatif bertanya mengenai masa lalunya. Suatu tindakan yang tidak biasa bagi ekhe untuk peduli orang lain sedalam itu, tapi ini memang keluar dari dalam hati. Demi melestarikan kisah hidup popo di dalam hati, seperti saat sekarang ekhe menuliskan kembali dalam blog ini.
Terlihat kilasan membayangi pandangannya setiap kali beliau bercerita tentang bagaimana dulu ia hidup di mainland. Binar matanya seakan masih melihat jelas situasi yang sudah sangat lama dialaminya dulu, sebelum sampai di nusantara, bahkan sebelum jepang menjajah kita. Bagaimana ia bertemu suaminya yang pertama, bagaimana kekacauan dalam migrasi memisahkan kungkung dari istrinya yang pertama, dan kemudian bagaimana mereka bertemu dan bersatu. Bagaimana sedih hatinya saat telah lama kemudian mereka menemukan kenyataan bahwa istri pertama kungkung masih hidup, dan dengan mulia ia menginginkan agar jenazah kungkung disatukan dengan istri pertamanya dan agar saat ia mati nanti supaya dibakar dan abunya dibuang di laut. Suatu kepasrahan dan hati yang sangat penuh pengertian, tidak ingin merepotkan orang lain, juga mengharapkan kebahagiaan orang lain di atas kepentingan dirinya sendiri.
Tak lama kemudian, anjing peliharaan kami yang tercinta, si bleki, dibunuh dengan kejam oleh para pemabuk yang tidak berhati. Dengan sengaja mengikat lehernya dengan rantai dan menyeretnya menggunakan 2 motor sampai melewati beberapa gang jauhnya, kata popo lengkingannya terdengar sangat menyayat hati dan popo yang belum tau pun tersentak merasa kuatir. Saat melihat kenyataan itu hatinya sekali lagi hancur penuh kesedihan, dan ini membuat kondisi tubuhnya semakin memburuk. Di suatu malam ... beliaupun jatuh ke dalam koma.
Kesibukan dalam keseharian membuat kedatangan ekhe tertunda untuk menjenguknya di rumah sakit. Pertama kali ekhe melihatnya terbaring tanpa daya di ICU, hati ekhe sangat sedih. Selang menjulur ke tenggorokannya, membantu pernapasannya agar tidak berhenti. Setelah itu beberapa hari tidak sempat berkunjung, dan kemudian ekhe ingat sekali di hari rabu malam ekhe bermaksud untuk datang kembali dan menginap menjaganya di RS karena mendengar bahwa popo sempat tersadar dan melihat semua yang mengunjunginya.
Sejak popo dilarikan ke rumah sakit sampai hari itu, beliau belum pernah tersadar melihat ekhe. Dan katanya dari keluarga dekat yang datang menjenguk, hanya ekhe yang belum beliau lihat. Sesaat setelah keluarga mengantar pengunjung pulang, ruangan sepi hanya tersisa ekhe sendiri bersama popo. Tiba-tiba terdengar suara dari arah tempat tidur, ekhe menyadari bahwa itu adalah suara popo yang terbangun dan berusaha untuk memanggil ekhe. Antara gembira dan penuh kesengsaraan, beliau tetap berusaha menjangkau tangan ekhe. Telapaknya dingin, dan genggamannya lemah dan kaku. Terdengar suara cairan di paru-parunya setiap beliau berusaha untuk berbicara atau menarik napas. Kondisinya sangat memprihatinkan, tanpa sadar airmata tidak lagi dapat ditahan.
Sejenak berbicara menenangkan hati popo dan bilang bahwa ekhe sudah besar, supaya beliau tidak perlu lagi mengkhawatirkan, dan bila sudah saatnya agar jangan memaksakan diri menderita terus. Dalam hati ekhe hanya berharap agar penderitaannya tidak akan terlalu lama, tak lama setelah itu beliaupun kembali tak sadarkan diri. Tengah malam, ekhe terbangun dengan hati tidak tenang dan dalam sekejap tersadar, bahwa suara tarikan napas yang disertai oleh suara cairan itu sudah berhenti. Ekhe melihat popo dan meraba dahinya, sudah dingin. Samar-samar mencoba mengingat kembali mimpi yang tadi dialami, sepertinya ada popo dan kungkung disana. Mereka seperti bertemu kembali pada akhirnya, dan sebelum pergi, popo melihat kepada ekhe dengan senyum. Mulutnya seperti berkata-kata tapi tidak bersuara, namun ekhe mengerti yang ingin disampaikannya. Bahwa agar ekhe hidup dengan baik dan menjadi orang, seperti yang dulu beliau selalu bilang.
Ekhe pun melapor ke suster penjaga, kemudian memutuskan untuk pulang. Dalam hati, terasa lega karena popo tidak lagi menderita, dan mungkin di atas sana mereka hidup bahagia. Pagi harinya ekhe kembali masuk kuliah dan berusaha seperti biasa, tidak ingin terlalu menunjukkan perasaan yang agak kacau. Tetapi bagaimanapun kenangan ini adalah hal yang tidak akan terlupakan, popo yang berjuang menentang ajal berhari-hari tiba-tiba meninggalkan dunia setelah dapat melihat ekhe. Seakan ia bertahan hanya untuk dapat berjumpa lagi terakhir kalinya dengan ekhe, seorang cucu yang telah semakin jauh darinya dalam kesibukan hidup, hanya untuk menyampaikan pesan terakhir dalam sebuah mimpi, karena tidak mampu berkata-kata lagi.
Popo, untuk sekali ini saja, hanya demi popo, aku tidak menjadi cina murtad :) gong xi fa chai, xi nen khuai le...
Dari pagi hari nanti, seluruh keluarga akan bersiap menyambut para tamu atau pergi berkunjung dengan penampilan terbaik dibungkus dengan pakaian baru yang keren atau cantik demi perayaan ini. Tas dan kantongpun dikosongkan untuk menampung segenap kucuran dana dalam bentuk amplop merah yang berisi uang dengan jumlah bervariasi, tergantung tingkat ekonominya. Ada yang bahkan konon memberikan angpao dalam bentuk kartu debet isi ulang sejumlah tertentu, mungkin sekalian promosi dan biar uangnya tidak keluar dari bank tempatnya bekerja atau miliknya kali ya.
Tahun ini disebut sebagai tahun kebo dalam penanggalan imlek, dan menurut cina, industri otomotif sedang lesu seperti sifat tahun kebo yang melambangkan kerja keras dan payah. Untuk mencapai hasil yang sama diperlukan usaha ekstra keras dibandingkan tahun lainnya. Adalagi penjelasan atau tetek bengeknya, tapi karena ekhe tidak percaya ekhe tidak begitu peduli. Apalagi segala nasehatnya bersifat generic and tentative, semuanya juga bisa seperti itu.
Kalau ingat imlek, maka yang terlintas pertama kali adalah apho ekhe. Karena ulang tahun beliau berpedoman pada kalender cina, yaitu 2 hari sebelum tahun baru imlek. Popo, begitu saya menyebutnya sedari kecil, artinya adalah nenek dan yang saya maksud adalah dari pihak ayah. Beliau adalah seorang yang baik, pengertian dan penuh perhatian. Walaupun memang cerewet dan suka ribet sendiri, tidak bisa disangkal bagi ekhe beliau adalah salah salah satu sosok sesepuh orang tua terbaik yang pernah ekhe kenal. Dari ekhe masih kecil beliau selalu berusaha memenuhi keperluan dan kebutuhan cucunya dengan senang hati dan senyum, bahkan seringkali memberi lebih dari yang dibutuhkan atau tanpa diminta. Malah sebenarnya terkadang tidak mau tapi dipaksa, jadinya tidak enak hati bila menolak ... Yah begitulah sosok orang tua yang memperhatikan keturunannya, mungkin bisa dibilang memanjakan.
Walaupun begitu, kehidupan keras memisahkan kami dari hidup di rumah yang sama. Semakin lama semakin jarang ekhe bertandang ke rumahnya, dan kalaupun kesana memang karena ingin menemuinya. Apalagi sejak Kungkung (kakek) meninggal, kesehatannya berangsur menurun ... karena seakan tidak punya pegangan hidup lagi ... walaupun sebenarnya kungkung sendiri telah menderita degenerasi intelegensia, sejak operasi batu ginjal dimana ginjalnya sendiri diangkat dan obat beserta diet dan keharusan beristirahat tanpa aktivitas biasa berdagang di toko telah membuatnya menjadi semakin pikun.
Ekhe sendiri sebenarnya sangat prihatin, melihat dalam waktu beberapa tahun saja penampilan popo berubah sedemikian pesat, dari sehat penuh semangat menjadi lemah dan pikun, dengan tangan bergetar (mungkin parkinson) dan bicara yang terbata-bata, tetap berusaha aktif berkomunikasi dengan ekhe setiap kali ekhe mengunjunginya. Merasa ajal semakin membayanginya, ekhe pun berinisiatif bertanya mengenai masa lalunya. Suatu tindakan yang tidak biasa bagi ekhe untuk peduli orang lain sedalam itu, tapi ini memang keluar dari dalam hati. Demi melestarikan kisah hidup popo di dalam hati, seperti saat sekarang ekhe menuliskan kembali dalam blog ini.
Terlihat kilasan membayangi pandangannya setiap kali beliau bercerita tentang bagaimana dulu ia hidup di mainland. Binar matanya seakan masih melihat jelas situasi yang sudah sangat lama dialaminya dulu, sebelum sampai di nusantara, bahkan sebelum jepang menjajah kita. Bagaimana ia bertemu suaminya yang pertama, bagaimana kekacauan dalam migrasi memisahkan kungkung dari istrinya yang pertama, dan kemudian bagaimana mereka bertemu dan bersatu. Bagaimana sedih hatinya saat telah lama kemudian mereka menemukan kenyataan bahwa istri pertama kungkung masih hidup, dan dengan mulia ia menginginkan agar jenazah kungkung disatukan dengan istri pertamanya dan agar saat ia mati nanti supaya dibakar dan abunya dibuang di laut. Suatu kepasrahan dan hati yang sangat penuh pengertian, tidak ingin merepotkan orang lain, juga mengharapkan kebahagiaan orang lain di atas kepentingan dirinya sendiri.
Tak lama kemudian, anjing peliharaan kami yang tercinta, si bleki, dibunuh dengan kejam oleh para pemabuk yang tidak berhati. Dengan sengaja mengikat lehernya dengan rantai dan menyeretnya menggunakan 2 motor sampai melewati beberapa gang jauhnya, kata popo lengkingannya terdengar sangat menyayat hati dan popo yang belum tau pun tersentak merasa kuatir. Saat melihat kenyataan itu hatinya sekali lagi hancur penuh kesedihan, dan ini membuat kondisi tubuhnya semakin memburuk. Di suatu malam ... beliaupun jatuh ke dalam koma.
Kesibukan dalam keseharian membuat kedatangan ekhe tertunda untuk menjenguknya di rumah sakit. Pertama kali ekhe melihatnya terbaring tanpa daya di ICU, hati ekhe sangat sedih. Selang menjulur ke tenggorokannya, membantu pernapasannya agar tidak berhenti. Setelah itu beberapa hari tidak sempat berkunjung, dan kemudian ekhe ingat sekali di hari rabu malam ekhe bermaksud untuk datang kembali dan menginap menjaganya di RS karena mendengar bahwa popo sempat tersadar dan melihat semua yang mengunjunginya.
Sejak popo dilarikan ke rumah sakit sampai hari itu, beliau belum pernah tersadar melihat ekhe. Dan katanya dari keluarga dekat yang datang menjenguk, hanya ekhe yang belum beliau lihat. Sesaat setelah keluarga mengantar pengunjung pulang, ruangan sepi hanya tersisa ekhe sendiri bersama popo. Tiba-tiba terdengar suara dari arah tempat tidur, ekhe menyadari bahwa itu adalah suara popo yang terbangun dan berusaha untuk memanggil ekhe. Antara gembira dan penuh kesengsaraan, beliau tetap berusaha menjangkau tangan ekhe. Telapaknya dingin, dan genggamannya lemah dan kaku. Terdengar suara cairan di paru-parunya setiap beliau berusaha untuk berbicara atau menarik napas. Kondisinya sangat memprihatinkan, tanpa sadar airmata tidak lagi dapat ditahan.
Sejenak berbicara menenangkan hati popo dan bilang bahwa ekhe sudah besar, supaya beliau tidak perlu lagi mengkhawatirkan, dan bila sudah saatnya agar jangan memaksakan diri menderita terus. Dalam hati ekhe hanya berharap agar penderitaannya tidak akan terlalu lama, tak lama setelah itu beliaupun kembali tak sadarkan diri. Tengah malam, ekhe terbangun dengan hati tidak tenang dan dalam sekejap tersadar, bahwa suara tarikan napas yang disertai oleh suara cairan itu sudah berhenti. Ekhe melihat popo dan meraba dahinya, sudah dingin. Samar-samar mencoba mengingat kembali mimpi yang tadi dialami, sepertinya ada popo dan kungkung disana. Mereka seperti bertemu kembali pada akhirnya, dan sebelum pergi, popo melihat kepada ekhe dengan senyum. Mulutnya seperti berkata-kata tapi tidak bersuara, namun ekhe mengerti yang ingin disampaikannya. Bahwa agar ekhe hidup dengan baik dan menjadi orang, seperti yang dulu beliau selalu bilang.
Ekhe pun melapor ke suster penjaga, kemudian memutuskan untuk pulang. Dalam hati, terasa lega karena popo tidak lagi menderita, dan mungkin di atas sana mereka hidup bahagia. Pagi harinya ekhe kembali masuk kuliah dan berusaha seperti biasa, tidak ingin terlalu menunjukkan perasaan yang agak kacau. Tetapi bagaimanapun kenangan ini adalah hal yang tidak akan terlupakan, popo yang berjuang menentang ajal berhari-hari tiba-tiba meninggalkan dunia setelah dapat melihat ekhe. Seakan ia bertahan hanya untuk dapat berjumpa lagi terakhir kalinya dengan ekhe, seorang cucu yang telah semakin jauh darinya dalam kesibukan hidup, hanya untuk menyampaikan pesan terakhir dalam sebuah mimpi, karena tidak mampu berkata-kata lagi.
Popo, untuk sekali ini saja, hanya demi popo, aku tidak menjadi cina murtad :) gong xi fa chai, xi nen khuai le...
2 komentar:
Bener2 menyayat hati cerita mu yg ini
sumpah, sedih BANGET! T_T
apalagi last line nya..
anda bener2 tabah ya bro..
good luck for ur life.. gw yakin perjuangan anda tidak sia2.. ^^
ha5, malah yg lebih tabah itu popo cimur kok. thanks2 :)
Posting Komentar