Mari bicara gender, sebagai satu peran yang eksklusif dinikmati oleh perempuan, ibu merupakan sosok yang biasanya sangat dihormati dalam berbagai budaya. Tentu saja bila menilik konsep konspirasi "partriarkis" dimana pria yang menjajah perempuan, banyak simpatisan "feminis" yang memandang sosok ibu dalam dunia modern sebagai hasil dari pembentukan peran yang mengekang perempuan dengan diharuskan tinggal di rumah mengurus anak dan menghalangi karir. Tapi yang lebih diutamakan adalah bagaimana seorang anak memandang ibunya, bagaimanakah anda sebagai pembaca menempatkan sosok ibu dalam benak anda?
Bagi penulis, ibu adalah sosok pelindung, pengayom, pendidik, dimana dalam mata lugu menganggap ibu sebagai sosok yang kuat, bijak, dan pemenuh kebutuhan, sebagaimanapun kondisi ibu sebenarnya. Walaupun membesarkan anak adalah tugas kedua orangtua, di alam bawah sadar penulis menyadari bahwa beban lebih banyak ditanggung ibu yang biasanya punya ikatan emosi lebih daripada ayah. Dari kenyataan perkembangan makhluk hidup saja ditemukan banyak jantan yang meninggalkan betina untuk melahirkan anaknya segera setelah selesai masa perkawinan. Hanya makhluk hidup yang tergolong mamalia yang biasanya memelihara anaknya sampai cukup besar untuk bisa mandiri, seperti manusia.
Bagi penulis, ibu adalah sosok pelindung, pengayom, pendidik, dimana dalam mata lugu menganggap ibu sebagai sosok yang kuat, bijak, dan pemenuh kebutuhan, sebagaimanapun kondisi ibu sebenarnya. Walaupun membesarkan anak adalah tugas kedua orangtua, di alam bawah sadar penulis menyadari bahwa beban lebih banyak ditanggung ibu yang biasanya punya ikatan emosi lebih daripada ayah. Dari kenyataan perkembangan makhluk hidup saja ditemukan banyak jantan yang meninggalkan betina untuk melahirkan anaknya segera setelah selesai masa perkawinan. Hanya makhluk hidup yang tergolong mamalia yang biasanya memelihara anaknya sampai cukup besar untuk bisa mandiri, seperti manusia.
Dalam beberapa kasus, sebenarnya ada saja ibu yang tidak cukup bertanggung jawab untuk mengurus anak sendiri. Karena itu akan lebih mengagumkan lagi bila seseorang bisa menjadi ibu dari anak-anak yang bukan keturunannya, seperti kasus Xu Yuehua ini.
Sejak di usia 12 tahun sudah kehilangan kakinya dalam kecelakaan kereta, dan juga kehilangan orangtuanya. Lalu dibesarkan di rumah yatim piatu sampai umur 17 tahun. Karena menyadari bagaimana rasanya hidup tanpa orangtua, iapun kemudian mengambil peran sebagai ibu di rumah yatim piatu itu sampai sekarang. Bandingkan dengan bayangan kita sendiri, berapa anak yang kira-kira akan mampu kita urus? Xu telah mengurus dan membesarkan kira-kira 130 anak. Benar-benar sebuah peran yang tidak semua orang mau untuk jalani.
Sejak di usia 12 tahun sudah kehilangan kakinya dalam kecelakaan kereta, dan juga kehilangan orangtuanya. Lalu dibesarkan di rumah yatim piatu sampai umur 17 tahun. Karena menyadari bagaimana rasanya hidup tanpa orangtua, iapun kemudian mengambil peran sebagai ibu di rumah yatim piatu itu sampai sekarang. Bandingkan dengan bayangan kita sendiri, berapa anak yang kira-kira akan mampu kita urus? Xu telah mengurus dan membesarkan kira-kira 130 anak. Benar-benar sebuah peran yang tidak semua orang mau untuk jalani.
-----------------------------------
Rabu, 22 Desember 2010 | 03:06 WIB
TEMPO Interaktif, London - Seorang wanita Cina yang tidak memiliki kaki membesarkan lebih dari 130 anak yatim piatu. Xu Yueahua, 55 tahun, kehilangan kakinya di usia 12 tahun ketika ditabrak kereta saat mengumpulkan batu bara di rel kereta. Ia juga kehilangan kedua orang tuanya sejak kecil. Karena itu, ia dibesarkan di Rumah Yatim Piatu Xiangtan di Provinsi Hunan saat berusia 17 tahun.
Di Rumah Yatim Piato Xiangtan, Xu belajar menggunakan kursi kecil sebagai kakinya. Ia pun mulai bekerja untuk membantu anak-anak lainnya. Xu membantu mencuci, memberi makan, mengganti selimut, bahkan membuat sepatu untuk anak-anak yatim piatu. Selama 37 tahun, Xu telah menggunakan lebih dari 40 kursi kecil dan telah membesarkan lebih dari 130 anak yatim piatu. Para anak yatim piatu tersebut memanggil Xu, ibu besar.
Salah satu anak yatim yang dibesarkan Xu adalah Sheng Li. Sheng menganggap Xu sebagai pahlawan yang menyelamatkan nyawanya. “Tanpa ibu besar, saya sudah mati sejak lama. Suara kursi kecilnya merupakan suara terindah bagi saya saat itu,” ujar Sheng.
Pada 1987, Xu menikah dengan Lai Ziyuan, seorang petani sayuran di rumah yatim. Tiga tahun kemudian, anak mereka bernama Lai Mingzhi lahir. Namun, Xu tetap merawat para anak yatim di panti. “Saya sebenarnya bukan orang yang hebat. Tetapi saya hanya melakukan apa yang harus saya lakukan yaitu memberikan kasih ibu untuk anak-anak malang itu,” kata Xu.