Amazon Ad Tag

30 April 2010

Cuap tentang Psikopat (2)

Tepat sehari setelah cimur memposting blog tentang para psikopat pelaku penikaman muncullah artikel ini. Ternyata sesuai perkiraan, memang pemicu utama para psikopat itu bukan saja diri mereka sendiri, namun juga masalah sosial yang besar dan membuat mereka putus asa. Tentu saja ini tidak berarti membenarkan tindakan mereka yang main hakim sendiri dan bahkan melukai pihak yang tidak bersalah, mereka perlu mendapatkan pendidikan mental yang mampu menguatkan diri mereka dari krisis identitas atau krisis kesadaran moral ini.

Namun begitu, menjadi tugas utama pemerintah sebagai empunya kekuasaan tertinggi untuk dapat menyelamatkan warganya dari mara bahaya dan kekacauan yang berdetik bagai bom waktu ini. Suatu kali, saat perubahan dan kesenjangan terlalu besar untuk dapat diikuti, kejayaan pembangunan dan pertumbuhan meinlen dapat mencapai titik jenuh dan bahkan runtuh bila pondasi utamanya; yaitu rakyatnya sendiri; tidak dijaga dan dilindungi.

----------------

Pengamat: Maraknya Penikaman Anak Dipicu Ketidakadilan Sosial
Jum'at, 30 April 2010 | 09:39 WIB

TEMPO Interaktif, Taixing - Jeritan anak-anak berusia empat tahun di Taman Kanak-kanak bisa terdengar sampai di jalan. Ketika orang-orang berlari untuk menyelidiki, mereka menemukan apa yang dikatakan saksi adegan yang "terlalu mengerikan untuk dibayangkan" - darah di mana-mana dan terlihat seseorang menghunus pisau dan menyayat 28 anak-anak, Kamis lalu.

Selain anak-anak, dua orang guru dan seorang penjaga juga menjadi korban dalam serangan kedua di sekolah dalam dua hari terakhir. Para ahli menyebutnya pembunuh itu dipicu oleh insiden serupa Rabu dan bulan lalu. Mereka mengatakan gelombang serangan ke sekolah mencuat di tengah perawatan yang miskin untuk orang yang punya kelainan mental dan tidak stabil. Dipicu juga dengan ketidakadilan sosial yang terus berkembang di negara yang cepat berubah ini.

Serangan hari Kamis di TK Zhongxin membuat lima siswa dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis di kota timur Taixing, kata Zhu Guiming, seorang pejabat departemen kota. Dua guru dan petugas keamanan juga terluka.

Laporan resmi kantor berita Xinhua mengidentifikasi penyerang sebagai Xu Yuyuan, pria pengangguran 47 tahun menggunakan pisau 20 sentimeter. Tidak ada motif tertentu. Seorang saksi serangan, mengatakan pagi hari telah mendengar jeritan datang dari bangunan tiga lantai dan bergegas ke dalam.

"Itu terlalu mengerikan untuk membayangkan. Aku melihat darah di mana-mana, dan anak-anak berdarah dari kepala mereka," kata Hu Tao, masih gemetar. "Beberapa dari mereka tidak bisa membuka mata karena berdarah," katanya.

Hu, yang memiliki restoran kecil di seberang jalan dari sekolah, mengatakan seorang pengantar yang menggunakan alat pemadam kebakaran memukul Xu hingga roboh. Bangunan sekolah di tepi jalan utama kota industri ini, Taman Kanak-kanak itu memiliki menara kastil bergaya Eropa. Kini pintu masuk itu ditutup dengan pita polisi.

Meskipun tidak diketahui apakah penyerang, Kamis lalu, tahu tentang penusukan sekolah sebelumnya, Zhou Xiaozheng, profesor sosiologi di Univesitas Beijing mengatakan, seperti sensasional, tindak kekerasan sering menarik penirunya.

Pada hari Rabu sebelumnya, seorang pria di kota selatan Leizhou masuk ke sekolah dasar dan melukai 15 siswa dan seorang guru dengna sebuah pisau. Serangan itu terjadi pada hari yang sama saat seorang pria dihukum mati karena menusuk delapan anak-anak di luar sekolah dasar, bulan lalu di kota tenggara Nanping.

Menurut survei kesehatan mental di empat provinsi bersama dilakukan oleh dokter Cina dan Amerika Serikat yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet bulan Juni, lalu, Cina mungkin memiliki sekitar 173 juta orang dewasa dengan gangguan kesehatan mental, dan 158 juta dari mereka tidak pernah mendapat bantuan profesional.

Serangan pada Bulan Maret membuat Cina terkejut karena delapan anak meninggal dunia dan si penyerang tidak memiliki sejarah penyakit mental. Pada persidangan, Zheng Minsheng, 42 tahun, mengatakan dia membunuh karena kecewa setelah ditolak cintanya oleh seorang wanita dan diperlakukan dengan buruk oleh keluarga kaya. Dia dieksekusi Rabu.

Sebenaranya pemerintah pusat telah memerintahkan keamanan nasional sekolah lebih ketat setelah serangan 2004 di sebuah sekolah di Beijing yang membuat sembilan siswa tewas. Peraturan yang mulai berlaku pada tahun 2006 mengharuskan sekolah untuk mendaftar atau memeriksa pengunjung dan menahan orang yang tidak memiliki alasan untuk masuk.

Pria dalam serangan hari Rabu, berhasil menyelinap ke sekolah bersama dengan kelompok guru berkunjung, Xinhua melaporkan. Chen Kangbing, menurut Xinhua, menderita penyakit mental dan telah mengambil cuti sakit sejak Februari 2006. Serangan itu membuat anak kelas empat dan lima menderita luka bacokan di kepala mereka, punggung dan lengan, tetapi tidak berada dalam kondisi yang mengancam jiwa.

29 April 2010

Cuap tentang Psikopat

Kacauuu, beberapa waktu ini sering menemui kasus psikopat di meinlen. Ada dokter bernama Zheng Minsheng yang tiba-tiba ngamuk pakai pisau, sampai bunuh 8 anak segala. Untungnya ditangkap, dan sudah dihukum mati. Tapi pada saat yang hampir bersamaan dengan hukuman matinya, malah ada guru bernama Chen Kangbing yang pakai sejenis belati untuk main tikam 15 murid dan seorang guru di sekolah lain.

Mungkin dianggapnya sedang bermain game counterstrike, sama seperti seorang remaja yang dikeroyok sekelompok gamer karena merasa dicurangi bermain game simulasi perang itu. Namun yang paling parah tampaknya Guo Liwei yang membunuh Zhao Yan, teman sekamarnya, hanya karena mengorok!

Bukan berarti portal berita Indonesia bebas dari artikel pelaku kejahatan psikopat yang mampu memperkosa, menyiksa bahkan membantai sesamanya. Hanya saja berita lokal lebih gampang didapatkan, bila sudah dalam taraf internasional biasanya lebih sedikit karena tersaring filter atau kalah tenar dibandingkan berita lainnya.

Sekedar bercermin dengan kasus di meinlen sana, yang banyak pihak seringkali sudah menganggap lebih maju, makmur, dan bahagia. Bukankah psikopat yang terutama yang memiliki kehidupan "normal" seperti anggota masyarakat lainnya terbentuk oleh tekanan hidup dan merasa tidak bahagia? Mungkin kita harus memberi definisi ulang kepada arti kata makmur, sukses, dan bahagia itu sendiri.

Jangan sampai Indonesia hanya mengejar kesuksesan bidang ekonomi yang terlihat pada kejayaan korporasi saja tanpa mempedulikan kesejahteraan hidup masyarakatnya, apalagi kesehatan fisik dan mental mereka. Karena bisa jadi pribadi-pribadi yang tidak mampu menjaga integritas dirinya akan menjadi hancur berantakan dan berbuat hal yang sangat merugikan pihak lain seperti ini.

------------------------

Guru di Cina Tikam 15 Murid dan Seorang Guru
Kamis, 29 April 2010 | 11:06 WIB

TEMPO Interaktif, Guangzhou - Seorang guru menikam 15 murid sekolah dasar dan guru dengan belati di Cina selatan, menyebabkan para korban luka-luka. Pelaku diduga mengalami gangguan mental. Demikian media melaporkan, Kamis waktu setempat.

Amuk berdarah ini berlangsung Rabu di kota Leizhou, Provinsi Guangdong, bersamaan dengan ekskusi mati untuk pembunuh delapan murid SD bulan lalu dalam sebuah serangan yang mengagetkan di Cina.

Kantor berita Xinhua mengutip keterangan juru bicara departemen pendidikan provinsi Chen Riwen, mengatakan pelaku diduga kuat mengalami gangguan jiwa dan dalam posisi cuti karena sakit sejak 2006. Kini polisi masih menyelidiki motif penikaman tersebut.

Salah seorang korban kondisinya sangat kritis, kata direktur pusat komando di Biro Keamanan Publik Leizhou, Qin.

Pelaku diidentifikasi oleh pejabat setempat bernama Chen Kangbing, 33 tahun, masuk ke dalam Sekolah Dasar Leicheng pada pukul tiga sore waktu setempat langsung menikam 15 murid dan guru, demikian Xinhua melaporkan. Dia selama ini mengajar di SD Hongguan dekat kota Baisha. Sekarang dia dalam pengawasan polisi.

Mengutip keterangan seketaris Partai Komunis kota Leizheou, Li Changwu, Xinhua menjelaskan murid kelas empat dan lima ditusuk di bagian kepala, punggung dan lengan.

Seorang perawat di klinik gawat darurat di Rumah Sakit Rakyat Leizhou mengatakan staf di sana fokus pada perawatan delapan murid yang terluka di bagian kepala. "Salah satu di antara mereka hidupnya terancam," kata perawat yang mengaku bernama Wu.

Seorang pria dari departemen bedah Rumah Sakit Leizhou mengatakan tujuh siswa kondisinya kritis. Dia menolak menyebutkan namanya.

------------------------

Bekas Dokter Bunuh 8 Anak Sekolah dengan Pisau
Selasa, 23 Maret 2010 | 13:56 WIB

BEIJING, KOMPAS.com — Seorang bekas dokter, bersenjatakan sebuah pisau besar, membunuh delapan anak dan melukai lima orang lainnya di sebuah sekolah dasar di China bagian timur, Selasa. Enam di antara korban tewas meninggal di lokasi kejadian.

Kantor berita Xinhua melaporkan, pelaku kemudian ditangkap setelah melancarkan serangan pada pukul 07.20 waktu setempat. Peristiwa itu terjadi di Nanping City Experimental Elementary School di Provinsi Fujian.

Seorang bernama Wu di Kantor Pemerintah Kota Nanping mengatakan, pelaku adalah bekas dokter klinik komunitas yang memiliki sejarah masalah kesehatan mental. Menurut Wu, pelaku berusia 41 atau 42 tahun. Ia telah mengundurkan diri dari posnya di klinik komunitas, tetapi tidak diketahui pasti kapan.

Setelah kejadian tersebut, sekolah itu langsung ditutup dan anak-anak dipulangkan ke rumah mereka masing-masing.

China telah mengalami serangkaian serangan terhadap anak-anak sekolah dalam beberapa tahun terakhir. Sering kali motifnya dendam pribadi atau dilakukan orang dengan masalah kejiwaan.

------------------------

Cina Eksekusi Pembunuh Delapan Murid Sekolah Dasar
Rabu, 28 April 2010 | 14:49 WIB
Besar Kecil Normal

TEMPO Interaktif, Seorang mantan dokter pembunuh delapan murid sekolah dasar di Provinsi Fujian, Cina timur, telah dieksekusi. Demikian media melaporkan.

Zheng Minsheng, 42 tahun, ditembak mati di kota Nanping setelah pengadilan tinggi Cina menyetujui hukuman yang dijatuhkan terhadap dirinya. Seperti yang diberitakan kantor berita Xinhua.

Eksekusi berlangsung sebulan setelah dia dinyatakan terbukti bersalah oleh pengadilan karena membunuh delapan siswa dengan cara menikam murid sekolah dasar di kota Nanping.

Polisi mengatakan dia melakukan tindakan keji setelah putus hubungan dengan pacarnya.

Sejumlah laporan menyebutkan, pelaku memiliki sejarah mengidap penyakit jiwa, tetapi media mengutip pernyataan polisi bahwa hal itu tidak benar.

Selain menewaskan delapan murid, dia juga melukai lima siswa pada serangan 23 Maret itu.

Zheng divonis bersalah pada 8 April. Meskipun mengajukan banding atas hukuman matinya namun pengadilan tinggi menolak.

------------------------

Seorang Mahasiswa Cina Bunuh Teman Sekamar karena 'Ngorok'
Jum'at, 26 Maret 2010 | 10:16 WIB

TEMPO Interaktif, Beijing - Seorang mahasiswa di Cina menusuk teman sekamarnya hingga tewas karena temannya tersebut terlalu sering mengorok. Menurut media massa di Cina, mahasiswa tersebut divonis hukuman mati yang ditangguhkan sementara.

Menurut Xinhua, pengadilan di Changcun, Provinsi Jalin, memvonis hukuman mati yang ditangguhkan sementara kepada Guo Liwei, 24 tahun. Terdakwa menusuk teman sekamarnya hingga tewas pada November lalu.

Hukuman mati yang ditangguhkan sementara biasanya berubah menjadi hukuman penjara seumur hidup setelah dua tahun jika terdakwa menunjukkan perangai yang baik.

Guo mengaku menusuk dada dan punggung Zhao Yan, 23 tahun, di kamar mereka di Jilin Agricultural University. Guo sebelumnya mengeluh kepada Zhao karena Zhao sering mengorok saat tidur. Guo pun mempublikasikan video Zhao sedang mengorok di situs universitas. Akibat publikasi video tersebut, Guo dan Zhao bersitegang.

Guo juga dihukum membayar 270 ribu yuan kepada keluarga korban.

------------------------

Dituding Curang, Kepala Gamer Ditusuk Pisau
Selasa, 23/03/2010 07:08 WIB

Jakarta - Seorang gamer dituding melakukan perbuatan curang saat bermain game. Gara-gara hal sepele itu, kepala bocah 17 tahun itu ditusuk pisau.

Insiden ini terjadi di sebuah warung internet di Provinsi Jilin, China. Beberapa gamer terlibat cekcok setelah salah satunya dituding curang dalam game Counter Strike.

Gamer berusia 17 tahun itu disebut menerapkan wallhack, yaitu cara curang yang membuat tembok di dalam permainan Counter Strike bisa ditembus peluru. Ini tentu akan memudahkannya dalam membunuh musuh yang bersembunyi.

Sekelompok gamer yang tak terima dengan aksi curang itu mengkonfrontir sang remaja. Baku hantam terjadi, dan sebuah pisau pun akhirnya menancap di kepalanya.

Ajaibnya, sang remaja tak mengalami luka fatal. Bahkan, menurut dokter yang memeriksanya, pisau itu tak mengenai pembuluh darah besar apapun sehingga tak terjadi pendarahan dalam.

Seperti dikutip detikINET dari GameSpy, Selasa (23/3/2010), sang gamer bahkan tak kehilangan fungsi motorik. Meskipun pisau itu sebenarnya menembus area yang mengatur kemampuan motorik.

Remaja yang tak disebutkan namanya itu harus menjalani operasi selama 10 jam untuk melepaskan pisau dari kepalanya. Ia kemudian masih harus berada di bawah pengawasan dokter di rumah sakit.

15 April 2010

Cuap tentang Kepala Polisi

Sepertinya pekerjaan kepala deputi polisi memang tidak cukup bagi Wen Qiang, mantan kepdep wilayah tenggara meinlen. Karena terbukti akan kejahatan melindungi pelaku kriminal dari 5 geng penjahat, menerima suap, pemerkosaan, dan penipuan properti. Dengan keputusan pelaksanaan hukuman mati bagi Wen, menjadikannya sebagai terdakwa resmi paling senior sejak operasi pemberantasan geng dimulai bulan Juni tahun lalu.

Rakyat yang menyaksikan keputusan tersebut tampaknya puas dan bergembira akan hasilnya pada berita yang diumumkan. Mungkin wen telah dikenal secara luas namun tak tersentuh karena jabatannya yang tinggi.

Selain korupsi yang dinyatakan memiliki nilai sampai 12 juta yuan, Wen juga didakwa memerintahkan anakbuahnya untuk membuat seorang wanita mabuk dan berhubungan intim berlawanan dengan kehendaknya di sebuah hotel pada Agustus 2007. Wen tak mampu menjelaskan ketika ditanya asal sumber aset keluarganya yang mencapai 10,4 juta yuan.

Secara tegas keputusan pengadilan ini telah memulihkan kepercayaan rakyat yang selama ini tertindas oleh aparat korup dan mencerminkan sikap dan niat pemerintah untuk memberantas korupsi.

Indonesia berikutnya? Semoga saja!

-------------------------------

Chongqing hails death for biggest fish
Updated: 2010-04-15 07:49

Municipality's ex-police chief convicted of protecting gangs, rape and property scams

CHONGQING - Wen Qiang, former deputy police chief of Southwest China's Chongqing municipality, was sentenced to death on Wednesday after being found guilty of protecting five organized gangs, accepting bribes, rape and property scams.

As former deputy director of Chongqing public security bureau from 1997 to 2008, following which he was appointed the director of the municipality's justice bureau, Wen, 55, is the most senior official convicted in the gang-crushing operation that began last June.

Though Wen can appeal the sentence, about 200 local residents waiting outside the Chongqing No 5 Intermediate People's Court rejoiced as they heard news of the verdict.

"I'm so happy," screamed 36-year-old Wang Meng after a man rushed out of the courtroom and announced the court's verdict. "Death for Wen is justice served. We are satisfied," Wang added.

As a soulless-looking Wen, along with three other convicted policemen, was being driven away from the court, the crowd burst into applause, with some residents shouting: "Kill him, Kill him!"

Wen remained silent throughout the trial on Wednesday and kept a straight face when the death sentence was delivered.

According to the verdict, Wen accepted 756,500 yuan ($110,800 yuan) including currencies and assets converted, of bribes from five convicted organized gangs from 2003 to 2008, and provided protection and connived with the gangsters in crimes ranging from running gambling dens, prostitution and drug businesses to monopolizing the pork market.

In one specific case in September 2007, even though Wen was aware Wang Tianlun's gang was under investigation, he obstructed police work and helped Wang escape punishment, according to the court.

Following Wen's detention last August, Chongqing's stormy gang-crushing operation netted as many as 3,000 suspected gangsters, many of whom were respected businessmen or politicians, and about 50 legal officials. The sweep triggered a complete reshuffle of the Chongqing police department.

The court heard Wen had accepted bribes totaling 12.11 million yuan (4.49 million through his wife) and abused his power to help bribers secure promotions, get transfers or win business bids.

According to the court, three of Wen's protgs - who were heads of the criminal police division, public transportation security police division and public security division under the municipal police bureau - had bribed him with 420,000 yuan to get quick promotions.

The three - Huang Daiqiang 48, Zhao Liming, 50, and Chen Tao, 48 - were also convicted of protecting gangs, and received jail terms of 20 years, 17 and a half years and 19 and a half years respectively.

Wen was also found guilty of raping a girl. On August 28, 2007, Wen instructed his men to get a girl drunk and then had sexual intercourse with her against her will in a hotel room.

Wen was unable to explain the source of assets worth 10.44 million yuan his family owned.

The court ordered the confiscation of all of Wen's personal property and deprived him of political rights for life.

Pan Jinggui, a law professor at the Chongqing-based Southwest University of Political Science and Law, said: "The verdict has sounded an alarm to all police officials - cherish, don't abuse, the powers given to you."

"It also reflects the government's determination to fight corruption and has restored the public's confidence in the judiciary," he said.

The publicity department of the Chongqing municipal public security bureau refused to comment on Wen's sentence and did not say if the gang-sweeping operation would continue